Cerita Dewasa Siska Seketarisku Yang Hobby Ngentot

Agen Poker Online Indonesia

Cerita Dewasa Siska Seketarisku Yang Hobby Ngentot

Sakitsakitnikmat.blogspot.com - Cerita Sex Terbaru - Cerita sex sebelumnya berjudul Cerita Sex Dapat Perawan Dokter Cantik Yang Sedang Jaga Malam Di Rumah Sakit, Dan pada kesempatan kali ini saya dari situs sakitsakitnikmat.blogspot.com akan menceritakan cerita sex terbaru yang tidak kalah serunya dengan judul Cerita Dewasa Siska Seketarisku Yang Hobby Ngentot. Selamat Menikmati..

Cerita Dewasa - Perkenalkan nama saya Nendi umur 29 tahun, saya bekerja di sebuah hotel berbintang tiga di kota "B". Seperti kebanyakan orang bekerja yang kadang membuat kita jenuh, untuk mengatasinya aku sering mengunjungi situs 17 tahun ini, sampai akhirnya saya terobsesi untuk menulis cerita ini.

Cerita Dewasa Siska Seketarisku Yang Hobby Ngentot


Cerita ini berawal dari pulang kemalaman dengan seortang sekretaris teman sekantor di bagian lain, namanya Siska berperawakan sintal dengan kulit putih dan tinggi badan yang sedang-sedang aja sekitar 165 cm.

Sebetulnya Siska bukanlah tipe orang yang ramah walaupun dia seorang sekretaris, mungkin karena om-nyalah dia ada di posisi tersebut. Oh ya, Siska juga sudah Menkar kira-kira satu setengah tahun yang lalu, dan saya pernah beberapa kali ketemu dengan suaminya.

Pagi itu pada saat jam masuk kantor aku berpapasan dengannya di pintu masuk, seperti biasa kita saling tersentum dan mengucapkan selamat pagi.

Ah lucu juga kita yang sudah kenal beberapa tahun masih melakukan kebiasaan seperti itu, padahal untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih akrab dari itu, tapi mau bagaimana lagi karena Siska orangnya memang seperti itu jadi akupun terbawa-bawa, aku sendii bertanya-tanya apakah sifatnya yang seperti itu hanya untuk menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan kerja atau memang dia punya pembawaan seperti itu sejak lahir.

Mungkin saat itu aku sedang ketiban mujur, tepat di pintu masuk entah apa penyebabnya tiba-tiba saja Siska seperti akan terjatuh dan refleks aku meraih tubuhnya dengan maksud untuk menahan supaya tidak benar-benar terjatuh, tapi tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu di bagian dadanya. Setelah dapat berdiri dengan sempurna Siska memandang ke arahku sambil tersenyum, ya ampun menurutku itu merupakan sesuatu yang istimewa mengingat sifatnya yang kuketahui selama ini.

"Terima kasih Pak Nendi, hampir saja aku terjatuh."
"Oh, nggak apa-apa, maaf barusan tidak sengaja."
"Tidak apa-apa."

Seperti itulah dialong yang terjadi pagi itu. Walaupun nggak mau mikirin terus kejadian tersebut aku tetap merasa kurang enak karena telah menyentuh sesuatu pada tubuhnya walaupun nggak sengaja.

Waktu kutengok ke arah meja kerjanya melalui kaca pintu ruanganku dia juga kelihatannya kepikiran dengan kejadian tersebut, untung waktu masuk kerja masih empat puluh lima menit lagi jadi belum ada orang, seandaina pada saat itu sudah banyak orang mungkin dia selain merasa kaget juga akan merasa malu.

Aku kembali melakukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yang nggak ada ujungnya. Sudah kebiasaanku setiap tiga puluh menit memandang gambar panaroma yang kutempel dikaca pintu ruanganku untuk menghindari kelelahan pada mata, tapi ternyata ada sesuatu yang lain di seberang pintu ruanganku pada hari itu.

Aku melihat Siska sedang memandang ke arah yang sama sehingga pandangan kami bertemu. Lagi, dia tersenyum kearahku, aku malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dengan cewek itu, aku yang GR atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya pikiranku saja yang ngelantur.

Jam istirahat makan seperti biasa semua orang ngumpul di EDR untuk makan siang, dan suatu kebetulan lagi waktu nyari tempat duduk ternyata kursi yang ksoong ada di sebelah Siska, akhirnya aku duduk disana dan menyantap makanan yang sudah kuambil.

Setelah selesai makan, kebiasaan kami ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu waktu istirahat habis, karena aku duduk disebelah dia jadi aku ngobrol sama dia, padahal sebelumnya aku males ngobrol sama dia.

"Gimana kabar suaminya ka?" aku memulai percakapan.
"Baik pak."
"Terus gimana kerjaannya? masih di tempat yang dulu?"
"Sekarang sedang meneruskan studi di amerika, baru berangkat satu bulan yang lalu."
"Oh begitu, baru tahu aku."
"Ingin lebih pintar katanya pak."
"Ya baguslah kalau begitu, kan nantinya juga untuk masa depan berdua."
"Iya pak."

Setelah jam istirahat habis semua kembali ke ruangan masing-masing untuk meneruskan kerjaan yang tadi terhenti. Aku pun kembali hanyut dengan kerjaanku.

Pukul setengah tujuh aku bermaksud beres-beres karena penat juga kerja terus, tanpa sengaja aku nengok ke arah pintu ruanganku ternyata Siska masih ada di mejanya. Setelah semua beres akupun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aku melewati mejanya dan iseng aku nyapu dia.

"Kok tumben hari gini masih belum pulang?"
"Iya pak, ini baru mau pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini"

Aku merasakan gaya bicaranya lain hari ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang kalau bicara selalu kedengaran resmi, yang menimbulkan rasa tidak akrab.

"Ya udah kalau begitu kita bareng aja." ajakku menawarkan.
"Tidak usah pak, biar aku pulang sendiri saja."
"Nggak apa-apa, ayok kita bareng, ini udah terlalu malam."
"Baik pak kalau begitu."

Sambil berjalan munuju tempat parkir kembali kutawarkan jasa yang walaupun sebetulnya niatnya hanya iseng saja.
"Gimana kalo Siska bareng aku, kita kan searah."
"Nggak usah pak, biar aku pakai angkutan umu atau taksi saja."
"Lho jangan gitu, ini udah malem, nggak baik perempuan jalan sendiri malem-malem."
"Baik kalau begitu pak."

Disepanjang jalan yang dilalui kami tidak banyak bicara sampai akhirnya aku perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini cewek.
"Lho kok keliahtannya murung, kenapa?" tanyaku penasaran.
"Nggak apa-apa pak."
"Nggak apa-apa kok ngelamun begitu, perlu teman buat ngobrol?" tanyaku memancing.
"Nggak ah pak, malu."
"Kok malu sih, nggak apa-apa kok, ngobrol aja aku dengerin, kalo bisa dan perlu mungkin aku akan bantu."
"Susah mulainya pak, soalnya ini terlalu pribadi."
"Oh begitu, ya kalau nggak mau ya nggak usah, aku nggak akan maksa."
"Tapi sebetulnya memang aku perlu orang untuk teman ngobrol tentang masalah ini."
"Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aku, rahasia dijamin kok."
"Ini soal suami aku pak."
"Ada apa dengan suaminya?"
"Itu yang bikin aku malu untuk meneruskannya."
"Nggak usah malu, kan udah aku bilang dijamin kerahasiaannya kalo Siska ngobrol ke aku."
"Anu, aku sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri."
"Trus kenapa?"
"Aku baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yang bagus ada lah orgasme yang dialami oleh keduanya."
"Trus lerak permasalahannya dimana?"
"Mengenai orgasme, aku sampai dengan saat ini aku hanya sempat membacanya tanpa pernah merasakannya."

Aku sama sekali nggak pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam hati aku membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah mengalami orgasme? Timbul niatku untuk beramal. Hehe.
"Masa sih ka, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yang barusan kamu bilang?"
"Betul pak, kebetulan aku ngobrolin masalah ini dengan bapak, jadi setidaknya bapak bisa memberi masukan karena mungkin ini adalah masalah laki-laki."
"Ya gimana ya, sekarang kan suami Siska lagi nggak ada, seharusnya waktu suami Siska ada barengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi masalah itu."
"Pernah beberapa kali aku ajak suami aku, tapi menolak dan akhirnya kalau aku singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami."

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan tanpa terasa pula kami sudah sampai didepan rumah Siska, aku bermaksud mengantar dia sampai depan pintu rumahnya.

"Tidak usah pak, biar sampai sini saja."
"Nggak apa-apa, takut ada apa-apa biar aku antar sampai depan pintu."

Dasar, kakiku menginjak sesuatu yang lembek ditanah dan hampir saja terpeleset karena penerangan di depan rumahnya agak kurang.

Setelah sampai di teras rumahnya kulihat kakiku, ternyata yang ku injak tadi adalah sesuatu yang kurang enak untuk disebutkan, sampai-sampai sepatuku sebelah kiri hampir setengahnya kena.

"Aduh Pak Nendi, gimana dong itu kakinya."
"Nggak apa-apa, nanti aku cuci kalo udah nyampe rumah."
"Dicuci disini aja pak, nanti nggak enak sepanjang jalan kecium baunya."
"Ya udah, kalo begitu aku ikut ke toilet."

Setelah membersihkan kaki aku dipersilahkan duduk diruang tamunya, dan ternyata disana sudah menunggu segelas kopi hangat. Sambil menunggu kakiku kering kami berbincang lagi.

"Oh ya Ka, mengenai yang kami ceritakan tadi di jalan gimana cara kamu mengatasinya?"
"Aku sendiri bingung Pak harus Bagaimana."

Mendengar jawabn seperti itu dalam otakku timbul pikiran kotor lelaki.
"Gimana kalau besok-besok aku kasih apa yang kamu pengen?"
"Yang aku mau yang mana pak?"
"Lho, itu yang sepanjang jalan kamu bilang belum pernah ngalamin."
"Ah bapak bisa saja."
"Bener kok, aku bersedia ngasih itu ke kamu."

Termenung dia mendengar perkataanku tadi, melihat dia yang sedang menerawang aku berpikir kenapa juga harus besok-besok, kenapa nggak sekarang aja selagi ada kesempatan. Kudekati dia dan kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sambil menatap kearahku dengan penuh tanda tanya.

Kudekatkan wajahku ke wajahnya dan kukecup pipi sebelah kanannya, dia diam tidak bereaksi. Ku kecup bibirnya, dia menarik napas dalam entah apa yang ada dipikirannya dan tetap diam, kulanjutkan mencium hidungnya dan di memejamkan matanya.

Ternyata napsu sudah menggerogoti kepalaku. kulumat bibirnya yang tipis dan ternyata dia membalas lumatanku, bibir kami saling berpagut dan kulihat dia begitu meresapi dan menikmati adegan itu.

Kutarik tangnnya untuk duduk disebelahku di sofa yang lebih panjang, dia hanya mengikuti sambil menatapku. Kembali kulumat bibirnya, lagi, dia membalasnya dengan penuh semangat.

Dengan posisi duduk seperti itu tangaku bisa mulai bekerja dan bergerilya. Kuraba bagian dadanya, dia malah bergerak seolah-olah menyodorkan dadanya untuk ku kerjain. Kuremas dadanya dari luar bajunya, tangan kirinya membuka kancing baju bagian atasnya kemudian membimbing tangan kananku untuk masuk kedalam BHnya. Ya ampun bener-bener udah gk tahan dia tupanya.

Kulepas tangan dan bibirku dari tubuhnya, aku berpindah posisi bersandar pada pegangan sofa tempatku duduk dan membuka kakiku lebar-lebar. Kutarik dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju dan BHnya yang saat itu sudah nempel nggak karuan, kuciumi leher bagian belakang Siska dan tangan kiri kananku memegang gunung di dadanya masing-masing sati, dia bersandar ketubuhku seperti lemas tidak memiliki tenanga untuk menopang tubuhnya sendiri dan mulai kuremas payudaranya sambil terus kuciumi tengkuknya.

Setelah cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai berpindah kebawah menyusuri bagian perutnya dan berhenti di tengah selangkangannya, dia melenguh waktu kuraba bagian itu. Kusingkap roknya dan tanganku langsung masuk ke celana dalamnya, kutemukan sesuatu yang hangat-hangat lembab disana, sudah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dengan jari tengah tangan kiriku.

"Ohh.. ehh.

Aku semakin bernapsu mendengar rintihannya dan kumasukkan jariku ke vaginanya, suaranya semakin menjadi. Kukeluar masukkan jariku disana, tubuhnya semakin melentung seperti batang plastik kepanasan, terus kukucek-kucek semakin cepat tubuhnya bergetar menerima perlakuanku.

Dua puluh menit lamanya kulakukan itu dan akhirnya keluar suara dari mulutnya.
"Udah dulu pak, aku nggak tahan pengen pipis."
"Jangan ditahan, biarkan aja lepas."
"Aduh pak, nggak tahan, Siska mau pipis.. ohh.. ahh.."

Badannya semakin bergetar, dan akhirnya.
"Ahh... uhh.."

Badannya mengejang beberapa saat sebelum akhirnya dia lunglai bersender kepadaku.
"Gimana Ka rasanya?"
"Enak pak."
Kulihat air matanya berlinang.
"Kenapa kamu mengangis Ka?"
Dia diam tidak menyahut.
"Kamu nyesel udah melakukan ini?" tanyaku.
"Bukan pak."
"Lantas?"
"Aku bahagia, akhirnya aku mendapatkan apa yang aku idam-idamkan selama ini yang seharusnya datang dari suami aku."
"Oh begitu."

Kami saling terdiam beberapa saat sampai aku lupa bahwa jari tengah tangan kiriku masih besarang di dalam vaginanya dan aku cabut perlahan, dia menggeliat waktu ku tarik jari tanganku, akku masih tercenung dengan kata-kata terakhir yang terlontar dari mulutnya, benar rupanya.. dia belum pernah merasakan orgasme.

"Mau ke kamar mandi pak?"
Tiba-tiba suara itu menyadarkanku dari lamunan..
"Oh ya, sebelah mana kamar mandinya?"
"Sebelah sini pak", sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.

Dia kembali keruang tamu sementara aku mencuci bagian tangan yang tadi sudah melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak habisnya aku berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.

Selesai dari kamar mandi aku kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat acara di televisi, tapi kulihat dari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang, entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu.

"Ka, udah malam nih, saya pulang dulu ya.."Terhentak dia dan menatapku..
"Emm, pak, mau nggak malam ini nemanin Siska?"

Kaget juga aku menerima pertanyaan seperti itu akrena memang tidak pikiran untuk menginap dirumahnya malam ini, tapi aku tidak mau mengecewakan dia yang meminta dengan wajah mengharap.

"Waktu kan masih banyak, besok kita ketemu lagi di kanotr, dan kapan-kapan kita masih bisa ketemu diluar kantor."
Dia berdiri dan menhampiriku.
"Terima kasih ya pak, Siska sangat bahagia malam ini, saya harap bapak tidak bosan menemani saya."
"Kita kan kenal sudah lama, saya selalu bersedia untuk membantu kamu dalam hal apapun."
"Sekali terima kasih, boleh kalau mau pulang sekarang dan tolong sampaikan selama saya buat ibu."

Akhirnya aku pulang dengan terus dihinggapi pertanyaan didalam pikiranku, kenapa dia bisa begitu, kasihan sekali dia.

Seperti biasa esoknya aku masuk kantor pagi-pagi sekali karena memang selalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, kupikir balum ada siapa-siapa karena biasanya yang sudah ada saat aku datang adalah office boy, tapi ternyata pagi itu aku disambut dengan senyuman Siska yang sudah duduk di meja kerjanya. Tidak seperti biasa,pada hari-hari sebelumnya aku selalu melihat Siska dalam penampilan yang lain dari pagi ini, sekarang dia terlihat berseri dan terkesan ramah dan akrab.

"Pagi Ka."
"Pagi pak."
"Gimana, bisa tidur nyanyak tadi malam?"
"Ah bapak, bisa saja, tadi malam saya tidur pulas sekali."
"Ya sudah, saya tinggal dulu ya, selamat bekerja."
"Iya pak."

Aku meneruskan langkahku menuju ruang kerjaku yangmemang tidak jauh dari meja kerjanya, dari dalam ruangan kembali aku menengokkan wajah ke arahnya, ternyata dia masih menatapku sambil tersenyum.

Tidak seperti biasanya, aku mereasakan hari ini bekerja merupakan sesuatu yang membosankan, suntuk rasanya menghadapi pekerjaan yang memang dari hari ke hari selalu saja ada sesuatu yang harus diulang , akhirnya aku menulis cerita ini. HP di dalam saku celanaku berbunyi, ada SMS yang masuk, kubuka SMS tersebut yang rupanya datanga dari cewek disebrang ruanganku yang tadi pagi menatapku sampai aku masuk ke ruangan ini... ya dia , Siska.

"Pak, nanti malam ada acara gak? kalo tidak bisa gak bapak menuhin janji bapak tadi malam."

Begitulah isi SMS yang kuterima, aku berpikir agresif juga nih cewek, pada akhirnya. Kuangkat telepon yang ada di atas meja kerjaku dan kutekan nomor extensin dia.

"Kenapa gitu Ka, mau ngajak kemana?"
"Eh bapak, kirain siapa, enggak, Siska udah nyediain makn malam di rumah, bapak bisakan makan malam sama Siska nanti malam?"
"Boleh, kalu gitu nanti pulang saya tunggi di ruang parkir ya."
"Iya pak, makasih."

Sore hari aku terkejut karena waktu pulang sudah terlewat sepuluh menit, bergegas kubereskan ruanganku dan berlari menuju parkir. Disana Siska sudah menungguku, tapi dia tersenyum waktu melihatku datang, tadinya kupikir dia akan kecewa, tapi syukurlah kelihatannya dia tidak kecewa.

"Maaf jadi nunggu ya Ka, harus beres-beres sesuatu dulu."
"Nggak apa-apa pak, Siska juga barusan ada yang harus diselesaikan dulu dengan Neni."
"Yo." kataku sambil membukkan pintu untuk dia, dan dia masuk kedalam mobil kemudian duduk disebelahku.

Diperjalanan kami ngobrol kesana kemari, dan tanpa terasa akhirnya kami masuk ke komplek perumahan diamna Siska tinggal lau kami turun menuju ke rumahnya. Dia membuka pintu depan rumahnya dengan susah, tupanya ada masalah dengan kunci pintu tersebut.

Aku tidak berusaha membantunya, karena dari belakang aku  baru ku perhatikan kali ini kalau bagian tengah belakang milik Siska menarik sekali, lingkarannya tidak terlalu besar, tapi aku yakin laki-laki akan suka biula melihatnya dalam keadaan setengah berjongkok seperti itu.

Akhirnya pintu terbuka juga dan dia mempersilahkan aku masuk, dan kamipun masuk. Setelah mempersilahkan aku untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dengan pakian yang sudah digantinya, dia tidak langsung menghampiriku tapi terus melangkah ke arah dapur dan kembali dengan segelas air putih dan segelas kopi, lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepadaku.

"Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, kamu kok nggak minum kopi juga Ka?"
"Saya nggak pernah minum kopi pak, nggak boleh sama si mas."
"Oh gitu."
"Pak mobilnya dimasukin garasi aja ya, biar Siska yang mindahin."
"Boleh , sekali saya mau ikut ke kamar mandi dulu, badan rasanya nggak enak kalau masih ada keringatnya."
"Handuknya ada di kamar mandi pak."
Dia berdiri sambil menerima kunci mobil yang kuserahkan sedangkan aku ngeloyor ke kamar mandi untuk terus membersihkan badan yang memang rasanya agak nggak enak setelah barusan diperjalanan dihadapkan ke kondisi jalan yang cukup macet tidak seperti biasa. Keluar dari kamar mandi kudapati Siska kelihatan sedikit bingung, kutanya dia.

"Kenapa Ka, kok seperti yang bingung begitu.."
"Anu pak, barusan ada telepon dari restoran yang saya pesani untuk makan malam, katanya nggak bisa nganter makanan yang dipesan karena kendaraannya nggak ada."
"Ya sudah nggak apa-apa, kita kan bisa bikin makanan sendiri, punya apa yang bisa dimasak?"
"Adu pak, Siska jadi malu.
"Udah nggak apa-apa kok, malah jadi bagus kita bisa masak barengan."
Kataku sambil tersenyum, Siska melangkahkan kakinya menuju dapur dan kuikuti, sampai didapur dia membuka lemari es yang ternyata hanya ada sekdikit makanan yang siap masak disana. Akhirnya kami masak masakan seadanya sambil berbincang kesana kemari.

Tanpa sengaja aku perhatikan postur tubuh Siska yang terlihat lain dengan pakaian yang dikenakan sekarang, pakaiyang sedikit agak ketat menyababkan lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas, sungguh bentuh tubuh yang sempurna untuk wanita seusia dia.

Tanpa sadar kuhampiri dia dari belakang kupeluk dia yang sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, dia menoleh kearahku dan tersenyum, kudekatkan bibirku ke bibirnya dan dia menyambutnya, awalnya hanya ciuman biasa sampai akhirnya kami saling berpangutan disini. ya di dapur miliknya.

Berlanjut terus pergualtan bibir tersebut, kuraba buah dadanya dan kuremas dari luar bajunya. Tangan Siska bergerak membuka kancing baju bagian depan dilanjutkan dengan menyingkapkan BH yang dia pakai, dengan demikian tanganku kiri kanan lebih leluasa meremasnya.

Beberapa saat kemudian kulepaskan bibirku dari bibirnya dan kuarahkan ke buah dadanya yang terlihat sungguh indah dengan warna puting yang kemerahan, kujilat puting yang sebelah kanan dan dia menarik nafas dalam menerima perlakuan itu, akhirnya kukulum puting itu dan kuhisap dalam-dalam sambil tangan kananku tetap meremas dadanya yang sebelah kiri.

Tangan kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, dan kuremas pantat yang kenyal itu. Kumasukkan tangan itu ke dalam rok yang dia pakai dan disana kuraba ada sesuatu yang hangat dan sedikit basah dan kuraba-raba bagian itu terus menerus.

Ruapanya dia tidak tahan menerima sikapku itu, tangannya bergerak membuka resleting roknya dan melorotkannya kebawah. Aku hentikan kegiatan bibirku di buah dadanya lalu kubuka celana dalamnya dan kutemukan bulu indah yang tidak terlalu banyak disana kusingkapkan sedikit dan uarahkan bibirku kesana dan kujilat bagian kecil yang menonjol disana.

Suara lenguhan dari bibirnya sudah tidak terbayangkan lagi, akan memperpanjang cerita kalu saya tuliskan disini.

"Ohh, pak, saya belum pernah merasakan ini, ohh.."

Aku terus melanjutkan kegiatan lidahku di selangkangannya sambil terus memasukkan lidah ini kedalam gua lembab yang berbau khas milik wanita. Lenguhan demi lenguhan terus keluar dari mulutnya sampai akhirnya kurasakan tubuhnya mengejang dan bergerar dengan mengeluarkan teriakan yang tidak bisa ditahan dari mulutnya, dia sudah sampai ke puncak kenikmatan sentuhan seorang lelaki seperti aku ini, dan akhirnya kuhentikan kegitatanku itu lalu berdiri menghadap dia, tanpa kuduga dia menciumi bibirku.

"Pak kita ke kanar ya."

Dia menuntunku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu terlihat rapi, lalu kami duduk dipinggir tempat tidur dan kembali saling berpagutan disana. Dia bangkit berdiri dihadapanku serayabertanya.

"Boleh saya buka pakian bapak?"

Aku hanya tersenyum menaggapi pertanyaan tersebut, lalu dia membuka seluruh pakaian yang kukenakan sampai ke celana dalamku. Dia memegang senjataku yang dia dapati dibalik celana dalam yang baru saja terbuka, lalu dia menciuminya dan menjilatinya, nikmat sekali rasanya.

"Dari dulu saya ingin melakukan ini, tapi suami saya nggak pernah mau diperlakukan begini."

Dia berkata begitu sambil kembali meneruskan kegiatannya menjilati senjata milikku, tanpa kuduga dia lanjutkan kegiatannya tadi dengan mengulum dan menyedot batang kemaluanku, dan rasanya lebih nikmat dari yang tadi kurasakan. Akhirnya dia berhenti berlaku seperti itu dan berkata.

"Pak, tidurin Siska ya."

Tanpa menunggu permintaan itu terulang aku baringkan tubuhnya diatas tempat tidur, aku ciumi sekujur tubuhnya yang dibalas dengan gelinjangan tubuh mulus itu, akhirnya setelah sekian lama kucoba masukkan kemaluanku kedalam lubang senaggama yang memang sudah basah dari sejak tadi, dan

"Ahh.." itulah yang keluar dari mulut Siska, sungguh nikmat sekali rasanya memasuki tubuh yang telanjang ini, dan satu lagi, lubang kemaluannya masih terasa cukup sempit dan menggigit, terbersit dalam pikiranku sebuah pertanyaan, sebesar apa milik suaminya sampai lubang ini masih terasa sempit seperti ini.

Kuperhatikan jam yang ada di dinding kamarnya menunjukkan bahwa aku sudah mengeluar masukkan kemaluanku kedalam tubuhnya selama dua puluh menit dan akhirnya kembali kurasakan tubuhnya engejang sambil mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya, akhirnya dia menggelepar sambil memeluk tubuhku erat-erat seolah tidak ingin lepas dari tubuhnya, karena pelukannya itu aku jadi terhenti dari kegiantanku.

Beberapa saat kemudian Siska melepaskan pelukannya dan terkulai lemas, tapi aku melihat sebuah senyuman puas di wajahnya dan itu membuat aku merasa puas karena malam ini dia sudah dua kali mendapatkan apa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya.

"Gimana Ka?"
"Aduh, Siska lemas tapi tadi itu nikmat sekali.."
"Siska mau coba gaya yang lain?"
"Emm.."

Kubangunkan tubuhnya dan kugerakkan untuk membelakangiku, kudorong pundaknya dengan pelan sampai dia menungging dihadapanku, kumasukkan kejantananku kedalam lubang senggamanya dan dia mengeluarkan terikaan kecil.

"Aduh.. Pak enak sekali, dorong terus pak, Siska belum pernah merasakan kenikamrang seperti ini.." Aku keluuar masukkan kemaluanku ini kedalam tubuhnya dengan irama yang semakin lama semakin kepercepat, lama juga aku melakukan iutu sampai akhirnya dia berkata.

"Pak Siska mau pipis lagi.." semakin kupercepat gerakanku karena kurasakan ada sesuatu yang mendorong ingin keluar dari dalam tubuhku.

Dalam kondisi lemas dan masih menungging Siska menerima gerakan maju mundur dariku, mungkin dia tahu kalau aku sebentar lagi mencapai klimaks, dan akhirnya menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semua kedalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku lemas bagai tak bertulang dan kucabut  senjataku dari lubang milik Siska.

Aku terbaring disampingnya setelah melepaskan nikmat yang tiada tara, dia tersenyum puas sambil menatapku dan memelukku, lalu kami tertidur dengan perasaan masing-masing.

Dalam tidur aku memimpikan kegiatan yang barusan kami lakukan dan waktu hampir pagi aku terbangun kudapati Siska masih terpejam dengan wajah damai sambil masih memelukku, kulepaskan pelukannya dan dia terbangun.

Lalu kami meneruskan kegiatan yang tadi malam terpotong oleh tidur sampai akhirnya kami berdua bangun dan menuju kamar mandi dalam keadaanmasing-masing telanjang bulat tanpa sehelai benagpun menutupi tubuh kami.

Dikamar mandi kami melakukannya lagi, dan kembali dia mengucapkan kata-kata yang tidak habis aku bisa mengerti "Siska belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya.."

Akhirnya kami berangkat kerja dari rumah Siska, sengaja masih pagi agar tidak ada orang di kantor yang melihat kedatangan kami berdua untuk menghindari sesuatu yang kami berdua tidak inginkan. Sampai saya menulis cerita ini, masih tetap teringat kata-katanya yang sering mengucapkan kata-kata " Siska belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya.." setiap saya berhubungan dengan dia dengan gaya yang lain.

Berawal dari situlahj kami sering melakukan hubungan suami istri, dan itu selalu kami lakukan atas permintaan dari dia, aku sendiri tidak pernah memintannya keran aku tidak mau dia punya pikiran solah-olah aku mengeksplitir dia. Dan sekarang Siska yang kukenal jauh berbeda dari Siska yang dulu, dia menjadi orang yang ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang di lingkunannya.

Bagaimana para pemcaba serukan para maniak seks, jangan lupa yaa!! Selalu dikuti cerita-cerita dewasa di web www.sakitsakitnikmat.blogspot.com

Previous
Next Post »