Cerita Dewasa Tia Oh Tiaa

Agen Poker Online Indonesia

Cerita Dewasa Tia Oh Tiaa

Sakitsakitnikmat.blogspot.com - Cerita Sex Terbaru - Cerita Dewasa sebelumnya berjudul Cerita Sex Aku Menyerah, Dan pada kesempatan kali ini saya dari situs sakitsakitnikmat.blogspot.com akan menceritakan cerita sex terbaru yang tidak kalah serunya dengan judul Cerita Dewasa Tia Oh Tiaa, SELAMAT MENIKMATI..

Cerita Dewasa - Aku ingin bercerita tentang Rini dan Tia. Rini itu memang lesbian, dan Tia tahu itu. Entah bodoh atau stupid, Tia mau saja ketika diseret ke permainan yg dangerous itu. Lebih lengkapnya, simak dan serapi Horny Story berikut.

Cerita Dewasa Tia Oh Tiaa

Singkat cerita, Tia mendekap mukanya dgn tangis yg menjadi. Tia yg berada di sampingnya terbengong mendapati tingkah tamunya itu. Dgn lembut diusapnya rambut Rini.

“No, kamu kenapa sih? Kok nangis. Please dong aku kan bingung.” tanya Rini.
“Sorry ya Rin, aku sdh bikin kamu bingung. Habisnya aku nggak tahu harus gimana lagi.” jawab Tia masih bersimbah air mata.
“Nggak pa pa, tp kamu ceita dong biar aku bisa ngerti.”

Tia mendongak memandang Rini yg tersenyum lembut. Mata gadis yg lebih tua tiga tahun dari Tia itu memancarkan sikap lembut yg pengertian. Tak tahan, Tia segera memeluk Rini. Deg! Rini terkejut. Jantungnya berdesir ketika dada mereka saling bersentuhan. Pikiran Rini terbang ke..

“Ups, aku nggak boleh berpikiran macam-macam. Waktunya nggak tepat.” batin Rini membuang jauh-jauh pikiran kotornya.
Dibelainya pungung Tia perlahan.
“Candra! Candra Rin,”
“Candra pacarmu itu? Kenapa Candra?”
“Candra selingkuh. Hu.. hu..” tangis Tia kembali pecah.
“Yah.. sdhlah, aku ngerti perasaanmu. Cobalah tenang.” kata Rini melepaskan pelukannya.

Dia merasa bisa terhanyut jika kelamaan berpelukan selama itu.
“Lalu, apa yg bisa kubantu No?”
“Boleh aku tidur di sini semalam ini saja?”
“Loh, kenapa?”
“Aku yakin Candra akan datang ke rumah. Aku benci ketemu dia, boleh yah?”
“Tp, orang tuamu gimana?”
“Aku bisa ngomong ke mereka. Lagian mana mereka peduli aku tidur di mana. Mereka kan sok sibuk!”
“Ya sdhlah, asal kamu tahu kalau kamarku cuman segini. Apalagi jauh dari rumah induk, kamu nggak takut kan?”
“Kok takut sih, aku malah bisa tenangkan diri di sini.”
“Ah kamu, sok cerpenis.” kata Rini mencubit hidung bangir Tia.

Diam-diam Rini mengagumi sosok gadis di depannya itu. Matanya bulat bening, rambutnya keriting menghiasi wajahnya yg bundar. Hidungnya mancung dan bibirnya sedikit tebal menggemaskan. Tubuhnya tdk gemuk, tp memiliki pipi yg tembem. Rini mendesah kesal pada Candra yg berani-beraninya menghianati Tia yg menarik. Andaikan Rini bisa menggantikan Candra di hati Tia, ahh..

“Rin, bisa nggak aku pinjam bajumu. Aku nggak bawa baju ganti nih.” ujar Tia mengagetkan lamunan Rini.
“Eh, iya ada.”

Rini segera mengambilkan sepasang babidolnya untuk Tia. Tia menerimanya lalu segera berganti baju.
“Jangan ngintip ya?” canda Tia.
Rini tertawa lalu membalikkan tubuh. Tp ternyata Rini berbalik justru tepat di depan kaca, sehingga apa yg terjadi di belakang Rini pasti dapat jelas terlihat.

Begitulah, dgn mudah dan jelas Rini bisa melihat tubuh Tia tanpa baju. Tia tak tahu bahwa tubuh sekalnya, paha mulusnya, bokong padatnya dinikmati oleh mata Rini. Dan dgn mudah dan tepat pula Rini dapat memperkirakan pasti ukuran dada berlapis bra tipis Tia adalah 34. Hanya sayg Rini tak bisa melihat Tia dlm kondisi naked.

Rini berpura-pura merem ketika Tia mengakhiri aktivitas ganti bajunya.
“Sdh belum?” teriak Rini
“Iya, iya, sdh. Kamu ini kayak main petak umpet saja.” jawab Tia tertawa-tawa.
“Eh iya, nanti aku tidur seranjang sama kamu ya?”
“Iya, memangnya kenapa?” jawab Rini.
“Nggak pa pa kok.”
“Atau kamu saja yg di ranjang, biar aku tidur di lantai saja.”
“Nggak usah deh, aku yg numpang kok kamu yg susah?”
“Nggak pa pa, kebetulan aku punya kasur lipat.”
“Ayo deh, kita tidur sekasur saja.” kata Tia menarik tubuh Rini ke ranjang.
“Iya deh, tp aku harus ganti baju dulu.”

Rini segera bangkit dan berganti baju di kamar itu, seperti yg dilakukan Tia. Tp Rini tak menyuruh Tia membalikkan badan, begitupun Tia tdk berniat memalingkan pandangan. Sehingga Tia pun tahu lekuk tubuh Rini yg biasanya terbalut kaos.

“Aku nggak terbiasa memakai bra kalau di rumah, kecuali kalau ada tamu. Apa kamu keberatan Tia?” tanya Rini yg memakai daster tipis warna ungu muda.
“Ini kan rumah kamu Rin, kamu berhak ngapain aja. Aku rasa aku nggak keberatan.” jawab Tia dgn senyum.

Lalu keduanya pun berbaring di ranjang. Tdk lama Tia sdh terlelap. Tp Rini, dia tak bisa memejamkan mata. Setiap kali matanya terpejam, wajah cantik Tia membayang di matanya. Tubuh gemulai Tia menari-nari di pikirannya. Nalurinya kembali berontak. Menginginkan secawan anggur kebahagiaan dari Tia. Perlahan Rini terduduk. Dipandanginya wajah Tia yg terlelap.

Jantung Rini berdegup kencang. Rasa takutnya terkalahkan oleh nafsunya yg mulai memburu. Perlahan Rini menundukkan kepalanya. Cup, diciumnya pipi Tia sekilas. Ah, gadis itu tak terganggu sedikitpun. Sekali lagi diciumnya pipi Tia, lalu hidungnya yg bangir. Semakin berani Rini, dikecupnya bibir Tia sekali. Hangat. Lalu dicobanya sekali lagi.

Tapi belum sampai bibir Rini menempel di bibir Tia, Tia membuka pelupuk matanya.
“Tia?” tanya Rini gemetar.
“Kamu belum tidur?”

Langsung Rini kembali merebahkan dirinya di samping Tia dgn takut.
“Sorry, aku.. ehm.. gimana ya? Sorry deh..”
Tia bangkit dari tidurnya sambil berkata, “Kenapa nggak kamu terusin?”
“Maksud kamu?” tanya Rini yg segera terduduk.

Tia mendekatkan wajahnya pada Rini. Dekat, dekat sekali. Kemudian dikecupnya bibir Rini dan berharap akan mendapat sambutan yg hangat. Rini yg sdh dirundung mabuk kepayg membalas kecupan Tia dgn ciuman yg panas. Lidah Rini menyusuri bibir tebal Tia yg basah lalu bibir tipis Rini bergerak melumat bibir Tia yg belum terbiasa dgn perlakuan itu. Mata Tia terpejam meresapi setiap lumatan Rini yg memabukkan. Kemudian dicobanya membalas setiap lumatan itu dgn perlakuan yg sama. Tia mencoba mengimbangi gerak lidah Rini yg menggelitik di rongga atasnya. Nafas-nafas mereka saling memburu. Desahan-desahan kecil mengalun membentuk suatu rangsangan tersendiri.

Antara sadar dan tak sadar Rini melucuti babidol yg dipakai Tia, hingga tinggal underwearnya saja yg melekat. Tiapun dgn segera menarik daster Rini yg kemudian meninggalkan tubuh langsing yg tak ber-BH. Kemudian Rini mendorong tubuh Tia hingga terbaring. Kepala Tia mendongak-dongak bagai kesetanan ketika lidah Rini menyapu inchi demi inchi kulit lehernya. Gerakan Tia semakin menggila merasakan setiap gesekan jemari Rini dgn kulit tubuhnya.

Rini bagai ingin menguliti seluruh tubuh Tia dgn sejuta rangsangan yg membuatnya melambung.
“Rin.. kamu gila.. euchh..” desah Tia menggeliat.
“Aku akan menghiburmu sayg..”

Rini meneruskan aksinya. Namun lidahnya berhenti ketika sampai pada dua buah bukit kembar yg tersangkut di kain tipis merah jambu. Ditariknya BH merah jambu itu ke bawah hingga kedua bukit indah yg tak terlalu tinggi itu menyembul dgn malu-malu. Kedua bukit kembar itu nampak bengkak karena merangsang.

“Tetekmu ini indah sayg..” ujar Rini sambil membelai keduanya.
“Tp.. tak sebanding dgn milikmu..” sahut Tia ganti membelai tetek Rini yg menggantung didadanya.

Milik Rini memang lebih menarik. Ukuran 36B dgn kemontokan yg luar biasa. Putih kulitnya dan ditumbuhi dgn bulu-bulu kecil yg halus. apalagi dihiasi dgn puting-puting yg merah merona mendongak bagai menantang setiap mata yg memandangnya.

Tp malam itu Rini lebih menyaygi tetek Tia. Ukurannya memang hanya 34, tp nampaknya jarang terjamah tangan-tangan lain. Rini terhanyut oleh belaian tangan Tia pada kedua toketnya yg menggantung bebas. Kemudian disempurnakannya rasa nikmat itu dgn remasan-remasan pada kedua gunung kembar Tia. Diremasnya kedua gumpalan daging itu lalu menggoyangnya sekehendak hati.

Tia bergelinjangan hingga tanpa sadar tali pengait BHnya terlepas lalu dgn sekali tarik disingkirkannya penutup dadanya yg kemudian terlempar ke atas meja. Maka dgn bebasnya Rini makin menggila mempermainkan kedua bukit bengkak itu.

“Ohh.. Rini.. kamu betul-betul uuach..” jerit Tia
“Aku bisa bikin kamu lebih uaach lagi say..” jawab Rini sambil menarik-narik CD Tia.

Tia yg sdh terbawa permainan itu turut menarik-narik CDnya hingga terjatuh di lantai, kemudian ditariknya pula CD Rini hingga kedua-duanya bugil total.

Rini tengkurap tepat diatas tubuh Tia. Tinggi mereka yg berbeda tipis membuat keduanya menempel bagai kembar siam. Toket mereka saling berimpit, demikianpun kedua lubang memek mereka. Sedangkan bibir mereka kembali saling melumat satu sama lain. Perlahan tubuh mereka saling menggoyang seirama. Pinggul mereka bergerak naik turun hingga menimbulkan gerakan yg eksotis sekali.

Gesekan demi gesekan bagai makin memacu nafas-nafas mereka. Bau keringat serta lendir kenikmatan mereka membaur manambah stamina mereka untuk terus berpacu. Desahan demi desahan bagai menjadi bunyi-bunyian yg terasa indah dan nikmat. Tiba-tiba ciuman Rini menurun menjelajahi leher Tia dan terus menurun hingga sampai di sekitar dada. Kemudian dikulumnya toket Tia yg sdh padat benar itu.

“Uaach..” pekik Tia kegelian.

Sedotan demi sedotan bibir Rini membuat toket Tia serasa meledak. Rasa nikmat itu membuat Tia tak rela melepaskan Rini. Spontan refleksnya bekerja, kakinya menyilang mengunci tubuh Rini yg dlm posisi menungging. Tangan Tia berpegangan pada sprei kasur yg sdh awut-awutan.
“Ahh.. Rinn..” teriak Tia ketika Rini mengganyg puting toketnya.

Rasa sakit yg nikmat itu membuatnya terduduk. Rini tak memperdulikan erangan Tia, diapun terus saja melahap daging kecil yg menempel di kedua gunung kembar Tia bergantian dgn jemarinya yg memelintir puting satunya ke kanan dan kekiri. Tia yg bagai melayg diawang-awang berpegangan pada kedua bokong Rini yg masih menungging. Diremas-remasnya kedua bokong kenyal itu hingga membuat Rini menggeliat-geliat.

Jemari Tia semakin lincah meremas pantat Rini hingga kemudian jemari itu menyusuri lipatan-lipatan disekitarnya.

“Teruus Noo.. iyaa.. terus.. achh..” desah Rini.

Tiapun menyusuri lipatan sempit itu hingga menemukan bagian tersensitif Rini. Tp Tia tak berani berbuat jauh, hinga diapun hanya mengelus-elusnya saja berulang-ulang. Sebenarnya Rini tak puas tp elusan Tia terhadap pusat terlarangnya membuat Rini merasa terangsang yg menjadi-jadi. Segera digapainya sebatang dildo vibrator si balik kasurnya lalu diserahkannya pada Tia.

“Masukkan Tiaaa.. sayg.. ayo cepat.. aku nggak tahan say..” rengek Rini.

Tia memasukkan kepala dildo tepat di lubang kenikmatan Rini. Jleb. Dildo itu dapat menembus lubang kenikmatan Rini dgn mudah.

“Ooooch..” rintih Rini sesaat.
“Tekan tombol satu, Tia..” Tia menurutinya hinga dildo itu bergetar tak begitu cepat.
“Oooochh.. oooohh.. mmmphhhh..” erang Rini merasakan getaran dildo yg mengocok lubang kenikmatannya.

Tia menambah kecepatannya pada level tiga hingga tubuh keduanya menghentak-hentak nikmat.
“Oooocchhhh.. aku mau keluar..” jerit Rini di pucuk-pucuk kenikmatannya.

Ketika Rini mulai melemas, Tia segera mengambil tindakan menubruknya, lalu memburu tetek Rini dan mengganyg keduanya bergantian. Birahi Rini yg kembali membara segera membalas perlakuan Tia. Dibaliknya tubuh Tia hingga kembali terkapar. Tp Rini tak lagi memburu kedua toket Tia yg menggantung bersimbah keringat melainkan kewanitaan Tia yg segar bersimbah lendir kenikmatannya. segera dicengkeramnya daging gemuk di pangkal selakang Tia itu, kemudian diseruduknya dgn lidahnya yg menari-nari menjilati setiap tetes lendir kental yg berasal dari lubang kemaluan Tia.

“Uuhh.. Rin.. enak bangeet..” erang Tia mengerang keasyikan.

Setelah tandas lidah Rini menjelajahi setiap jengkal dinding-dinging lubang memek mayora Tia yg merah dan kenyal. Klitoris Tia seakan menegang ketika lidah Rini dgn lincah menjilatinya dan suurr.. kembali lubang kenikmatan Tia membanjir. Lidah Rini kembali menyapu bersih lubang itu.

“Yamm.. ehmm.. nikmat banget.. sruup..” disedotnya lubang itu hingga Tia memekik tertahan.
“Ooch.. Rin aku nggak kuat lagi Rinn..”
“Iya sebentar sayaang..”

Rini kembali mengapai dildo kebanggaannya. Ditusukkannya dildo itu pada lubang kenikmatan Tia.
“Mmppphhhh..”Tia mengedan hingga ujung dildo itu kesulitan masuk ke dlm lubang yg masih sangat sempit itu.
“Enjoy saja say.. nggak sakit kok” kata Rini terus mendorong ujung dildo.

Perlahan-lahan ujug dildo itu membenam ke dlm lubang kenikmatan Tia. Tia meringis merasakan sakit yg luar biasa.
“Mmppphhh.. sakit Rinn..”
“Tenanglah say.. nanti juga nggak lagi”

Ujung dildo itu benar-benar membenam hingga jauh masuk ke dlm lorong yg belum terjamah itu, menembus selaput dara Tia hingga jebol.
“Oooocchh..!” teriak Tia kesakitan.

Setelah mendiamkannya beberapa saat, Rini mengoyang dildo itu masuk keluar berulang-ulang. Darah perawan Tia mTiadai ujung dildo hingga sejauh tiga centi. Rasa sakit yg dirasakan Tia berangsur-angsur berganti rasa nikmat yg luar biasa.

Rini segera menekan tombol satu. Suara desingan halus dildo berbaur dgn erangan Tia merasakan getaran otomatis dari dildo yg terasa nikmat banget. Rini menuntun tangan Tia agar meremas-remas toketnya, sedangkan jemari Rini kembali meremas-remas toket Tia yg penuh dgn bekas cipokan Rini.

Mereka terengah-engah ditengah malam itu. Tp semuanya berlanjut seperti tanpa akhir. Dan setelah malam itu, Rini menggantikan Candra di hati Tia

Bagaimana para pembaca serukan para maniak seks, jangan lupa yaa!! Selalu dikuti cerita-cerita dewasa di web www.sakitsakitnikmat.blogspot.com
Previous
Next Post »