Cerita Dewasa Karena Mabuk Tinggi

Agen Poker Online Indonesia Sakitsakitnikmat.blogspot.com - Cerita Sex Terbaru - Cerita Dewasa sebelumnya berjudul Cerita Sex Dari Padang Golf, Dan pada kesempatan kali ini saya dari situs sakitsakitnikmat.blogspot.com akan menceritakan cerita sex terbaru yang tidak kalah serunya dengan judul Cerita Dewasa Karena Mabuk Tinggi. SELAMAT MENIKMATI...

Cerita Dewasa - Cerita ini berawal ketika kantor aku mengadakan warkshop (jalan-jalan tahunan) dan waktu itu tujuan kami adalah hotel Novus, puncak. Adalah salah satu kawan bernama Kharisma (panggilan Kharis) yang masih single juga sama seperti aku. Dia berusia satu tahun dibawah aku dan belum berkeluarga juga. Terus terang aku heran melihat dia. Secara fisik Kharis orangnya tergolong cantik, wambut panjang sebahu, wajah oval, kulit kuning langsat cenderung putih mulus, dengan payudara yang besar menantang. Dan yang paling membuat aku berdehem dalam hati kalau melihat pinggul dan bokongnya besar dan membulat mencetak celana dalam ukuran mini yang selalu dia pakai jika di kantor. Itu selalu aku perhatikan sertiap hari bahwa ukuran roknya selalu kekecilan dengan pinggul yang indah jika sedang berjalan.

Cerita Dewasa Karena Mabuk Tinggi


Satu minggu sebelum berangkat Workshop, kami sempat makan siang bersama disebuah restoran dalam gedung kantor kami. Setelah ngobrol kesana kemari akhirnya subject pembicaraan mengarah ke workshop.

Aku bertanya, "Ntar workshop gimana kamu?"

Kharis menjawab dengan wajah yang lesu. "Akh, nggak tau juga Di, aku lagi bete nih, kayaknya kesana lumayan buat nyegerin pikiran aku."

"Lho emangnya ada apa, "tanyaku menyelidik.
"Aku abis putus ama cowok ku soalnya dia selingkuh, main belakang, trus ketauan sama aku" celetuknya dengan muka sedikit memerah menahan marah.
"Ya udah" sambung ku "Ntar aku temenin kamu disana viar ngelupain dia."
"Tapi aku lagi mau sendiri Ardi" katanya sembari tersenyum.

Aku tak kalah gesit menjawab ucapannya, "Iya Ris, Aku juga lagi mau sendiri aja. Rencana ntar aku mau sewa kamar sendiri aja, kalau kamu mau gabung aja kita bisa ngobrol sampek malam keluarin semua unek-unek yang ada dikepala kita masing-masing."

Aku terus menjelaskan rencanaku minggu depan dihotel tersebut. Dan tak di duga respon dari Kharis, "Boleh juga tuh Di, aku emang butuh itu enak kali yah ngobrol ngobrol kita berdua sampe malam" . "Iya, sekalian kalau kamu mau, aku juga nggak keberatan ngeloin kamu tidur" candaku kepadanya.

"Haa, gila kamu" mata Kharis memancarkan arti yang tak dapat aku cerna.

Satu hari sebelum berangkat kami di data ulang oleh panitia, menyangkut pembagian kamar tidur. Sudah menjadi tradisi kantor kami, bahwa satu kamar berdua, dan diatur oleh nomor-nomor kamar yang ada. Aku berdua dengan kawan aku Hendra, dan Kharis waktu itu terdata satu kamar bersama Wina. Dan tibalah waktunya bahwa kami satu kantor berangkat menuju hotel Novus ada hari Sabtu bersama sama dengan menggunakan satu bis besar. Kantor kami hanya berjumlah total 50 orang bersama orang asing juga.

Rupanya dalam batas akhir sebelum naik ke bis, ada dua orang yang batal ikut karena alasan keluarga, mereka adalah Tiara, dan Wina. Wina?, bukannya Wina satu kamar dengan kharis, dan berarti nanti Kharis sendirian dong dikamar. Pendulumku langsung beraksi mendengar kabar tersebut. Sembari mengisi waktu, kami banyak bersenda gurau dalam perjalanan hingga akhirnya tiba tepat makan siang di hotel. Setelah kami makan dengan lahap, kami diberikan kunci kamar oleh panitia dan langsung check-in ke dalam kamar masing-masing.

Sore harinya kami memanfaatkan kolam renang yang ada di hotel untuk bermain main. Dapat aku lihat Kharis yang sudah memakai pakaian renang yang seksi. Uh, bukan main indahnya, aku betul betul terangsang melihat keadaan Kharis seperti itu. Otak kotorku mulai bekerja supata bagaimana dapat tidur dengannya malam ini. Dalam kumpulan laki-laki ada Pak Kardi yang nyeletuk kepada kawan laki laki berkata, "Waduh si Kharis kalo abis berenang gue mau tuh mandiin dia." Sembari matanya juga tak lepas dari gerakan bokong Kharis yang berlenggang lengok kekiri kekanan mengikuti irama langkahnya.

Ketika Kharis sudah selesai bermain di kolam renang dan akan kembali ke kamarnya, aku pun mengikutinya seakan akan akupun sudah selesai dan ingin mandi. Sembari berjalan dibelakangnya, aku melihat celana dalam mini berenda yang dipakai Kharis tercetak jelas oleh baju renang tipis yang berwarna ungu.

"Waduh, kok cepet selesainya Ris." celetukku sembari berjalan disampingnya.
Kharis menjawab, "Habis aku nggak tahan airnya terlalu dingin."
Sembari dia menyilangkan tangannya dikedua belah dadanya yang padat montok tersebut.
"Terus kamu ngapain juga selesai" tanya dia lanjut.
"Akh, au udah bosen mendingan mandi air hangat terus nunggu makan malam, kan enak tuh."

Lalu pembicaraan kami terpisah ketika Kharis harus mengambil arah kekiri dan aku kekanan sembaru berucap, "Sampai nanti.. dahhh"

Waktu menunjukkan pukul delapan, setelah perut aku isi dan kenyang sekali rasanya. Makan malam dihotel ini terasa nikmat sekali. Aku melihat sudah beberapa kali Kharis menguap dan kemudian pamit dari kerumunan anak anak untuk pamit ke kamar. Dalam perjalanan ke kamarnya, dia ada melihat aku dan kemudian mengedipkan mata seperti memberi tanda ke aku. Dengan sedikit tegang aku berpura-pura seolah aku pun capek setelah bermain seharian dengan kawan kantor dan ingin tidur.

Pada sore hari aku sudah memberitahu ke Hendra bahwa mungkin aku akan bergadang keluar hotel, jadi nanti dia tak khawatir atau curiga kepada aku. Dalam perjalanan dari  restoran ke cottage agak jauh.

Kharis berjalan kecil sendiri dan aku dengan cepat mengejarnya dan menyapanya, "Ris, udah ngantuk ya?"

Kharis menyahut, "Iyah nih, nggak tahu kenapa nih badan semua jadi pegel semua, mungkin tadi renangnya kebanyakan kali." Sembari berkata begitu, dia mengusap-usap belakang lehernya semabri kepala di gelengkan kekiri lalu kekanan.

"Makanya kamu juga sih terlalu over berenangnya, kamu kebanyakan diliat sama teman-teman cowok lagi pas kamu berenang" sahutku.

"Hmm,, aku tahu, justru karena mereka aku jadi lebih semangat" kata Kharis sembari masih tetap mengusap leher belakangnya.

"Kamu mau aku pijit-pijit kecil Ris?" kataku sedikit lebih berani.

"Haa, boleh juga, tapi cuma dileher sama sekitar pundak yah" ahutnya sedikit lemah.

Tak lama kami sudah tiba didepan pintu kamar Kharis. Setelah dia membuka pintu kami berdua langsung masuk. Aku sempat melihat pada sudut mata Kharis ketika dia tutup pintu, matanya seperti melihat kiri kanan takut-takut kalau ada orang disekitar yang melihat kami.

Dalam kamar Kgaris mempersilahkan aku duduk sembari dia permisi sebentar ke toilet. Sembari menunggu Kharis aku menonton TV yang ada dikamar. Tak begitu lama, Kharis sudah keluar dan telah bergantu baju tidur daster. Daster yang dipakai berwarna kuning dengan ukuran yang dapat aku katakan mini.

Kenapa demikian? Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga, kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja. Payudara yang ranum menantang sekali dengan dua puting yang mencuat. Gila bukan main, dia sudah tak memakai BH, tapi masih memakai celana dalam.

Celana dalam itu jelas tercetak menerawang tembus pandang dari daster kuning tersebut. Celana dalam Kharis juga dalam ukuran yang sexy, mini CS warna putih, kontras dengan daster yang dipakai. Sebelum aku memberi komentar,

Kharis sudah berbicara, "Ardi, kamu jangan salah sangka dulu, aku pakai ini supaya kamu mudah pijit leher dan pundak aku, lagi pula aku juga tak bawa baju tidur lain selain yang ini, mudah-mudahan kamu tak keberatan."

"Oh, tentu tidak dong Ris, suka suka kamu aja, yang penting bajunya jangan menggangu pijat memijat" kataku sembali menelan ludah beberapa kali.

Kharis tersenyum lagi dan berkata, "Kamu pijet aku pake kaos lengan panjang apa tak mengganggu, apa lagi nanti kamu naik ranjang kalau perlu, kelihatannya celkana panjang kamu juga ganggu, apa nggak lebih baik ganti yang pendek atau dilepas sekalian?"

Aku bengong atas ucapannya, lalu aku katakan, "Betul juga Ris, aku buka kaos aja deh." sembari aku mengangkat kaos aku sehingga aku sudah bertelanjang dada, dan kemudian Kharis melihat ke calana panjang aku sembaru mulutnya sedikit di monyongkan.  Aku pun membuka celana panjang aku, dan hanya tertinggal celana boxer aku. Kharis tersenyum puas setelah melihat aku akan mudah nanti memijitnya. Dia langsung naik ke ranjang dan berbaringterlungkup, sembari memanggil namaku, "Di, ayo dong mulai, badan Kharis makin pegel nih". Mendengar rengekan Kharis aku langsung naik ke ranjang dan memulai aktivitas dengan memijit Kharis.

Sungguh sempurna tubuh Kharis dari belakang. Mimpi apa aku semalam sehingga Kharis begitu pasrah memberikan sajian gratis seindah ini. Kuliat yang mulus dengan pinggang ramping, pinggul yang besar dengan buah bokong yang membulat mumbul tinggi. Dapat kulihat dengan jelas belahan bokong Kharis yang di balut dengan CD mininya. Sebentar saja tangan aku sudah memijat bagian leher yang tegang, dan sesekali kebawah memijat pundaknya. Kharis terkadang bersuara mendesah ketika tangan aku sedikit keras memijitnya.

"Uh, oh, hmm.." desahnya putus-putus, membuat aku makin panas saja.

"Adik kecil dibalik celana boxerku sudah mengacung keras siap tempur, entah apa yang sedang dipikir Kharis sekarang.

Kemudian setelah kurang lebih 4 menit, Kharis minta dipijit agak kebawah. Dengan yakin tangan aku kedua duanya merayap ke bawah, dari arah ketiak terus turun ke bawah. Sembari sekali kali jari jemari aku dengan nakalnya menyentuh dari samping kedua bukit ranum yang mengembung keluar kesamping karena tertindih tubuhnya. Aku terus terang sudah tak ada pikiran positif, otak ngeres aku terus bermain main fantasi, hingga suatu ketika.

"Dipijatan kamu enak deh sekarang Kharis minta di pijat bagian depan ya " sahut Kharis sembari membalikkan tubuhnya kedepan.

Waduh makk bukan main waktu itu aku betul-betul tak tahan aku langsung meraba kedua belah susunya yang tegak menjulang, hal yang membuat Kharis langsung kaget.

"Ardi..! aku minta tolong kamu untuk pijit aku kenapa kamu memanfaatkan itu dengan meraba tubuh aku" hardiknya.

Langsung aku kaget, aku kira dia minta lanjut dalam permainan terebut ternyata dia memang betul-betul minta di pijit. Langsung aku minta maaf kepadanya,

"Wauhh maaf deh Ris, aku kelepasan, maklum deh tubuh kamu ranum sekali, sexy apalagi dengan itu (sembari menunjuk kedua payudara Kharis) yang mancung bikin aku jadi geregetan mau iseng."

"Maaf ya sekali lagi Maaf" kataku dengan penyesalan.

Kharis yang melihat aku begitu agak melunak tapi kemudian dia menangis sembati berkata, "Uhh, hh, hg hg Kharis yang dulu, maunya making love terus sama Kharis, nggak ada perasaan sama sekali."

Aku terhenyak, ternyata wanita didepan aku ini memang sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum menikah, dan pendulumku kembali kontak. Dengan gaya yang gentle aku memeluk dia dari belakang dalam posisi duduk, tangan aku berada di perutnya sembari berkata,

"Kharis, aku tuh memang udah salah, kamu maafin ya, aku janji pokoknya malam ini kita cuma agung agungan aja deh nggak sampe kelewatan" kataku menenangkannya.

Dia menengok ke belakang hingga wajahnya dekat sekali dengan ku dan berucap, "Benar ya janji, kamu cuman kelonin aku aja nggak sampek kebablasan?"

Aku mengiyakan dengan anggukan kepala sembari mencium kecil pipi kanannya.

Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun serta merta tangan kanan mulai naik dari perut meraba payudaranya yang menggantung tersebut. Kharis menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian dengan itu juga aku mencium bibirnya yang sensual, sembari sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya.

Kharis benar-benar menikmatinya, maka setelah melihat lampu hijau seperti itu, kedua tanganku sudah berada pada dua payudara ranumnya. Oh alangkah nikmatnya tanganku bermain disana, meremas remas sembari kupelintir kedua puting susunya dengan ibu jari dan telunjukku. Kharis terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan yaitu meremas sembaru memuntir puting susunya. "Ah, Ardi kamu pinter bikin aku terangsang ya, ingat lohh kita nggak boleh lebih jauh dari ini" kata Kharis mengingatkanku.

"Iya dong aku pasti inget, kan ada kamu juga yang ngingetin!"

Sembari berkata begitu aku membaringkan tubuhnya diranjang dan aku dari belakang langsung ke depan menindihnya sambil terus melanjutkan meremas dan mecium bibir sensual nan maneggairahkan tersebut. Kharis masih terus mengingatkan, namun bahasa tubuhnya lain. Alat kelamin kami sudah bersentuhan, dimana gangang kemaluanku yang sudah keras menggesek bibir luar kemaluannya dan gerakan kami seperti orang yang sedang bersenggama. Aku mendorong kebawah, Kharis mendorong pula bokongnya yang tembem ke atas, aku tarik pinggang kau, dia pun demikian.

Ketika mulut aku sudah mulai menjalar kedadanya dia mulai protes.

"Ardii, kamu nggak boleh kesana, ohh ohh!" desah Kharis tapi tangannya sama sekali tak menutupi dadanya.

Aku menjawab dengan lembut, "Kharis, kalau peting cium atau jilatin nenen aja boleh dong, kan nggak kenapa napa?" aku mencoba tawar menawar dengannya.

"Ohh, kamu katanya kelonin aku, kok sekarang kita peting sih?" rajuknya dengan muka bersemu merah menahan birahi yang terpancar keluar dari tubuhnya. Tanpa menunggu alasan lagi dari si cantik itu langsung mulutku menjilat puting susu yang memerah muda, karena birahi sembari aku menyedot putingnya bagaikan anak kecil yang sedang netek keibunya. Kharis menggigit bibir sendiri menahan luapan emosinya yang meletup letup kian besar. Oh nikmatnya tiada tara menjilati dan menyedot susu seorang Kharis.

Kaki Kharis sudah menyepak kesana kemari membuat daster yang dikenakan tak bisa menutupi bagian bawahnya. Terus terang sembari menjilat, aku memperhatikan gundukan yang tembem dibawah pusar yang bagai kue apem mumbul dengan sedikit rambut rambut kemaluannya yang menyembul keluar menambah indahnya pemandangan tersebut. Pinggulnya bergerak tak menentu membuat indahny pemilik gundukan tersebut.

"Hhh, Ardi.. enakk .." erang Kharis.

Mendapat respon seperti tangan aku secara reflek mulai turun menjelajahi dari payudaranya ke bawah perut, mengusap daerah pusar yang rata nan halus, kemudian turun lagi dibawah pusar yang ditumbuhi rambut rambut halus, kemudian meraba daerah selangkangan Kharis yang wow bukan main empuknya.

Aku tekan sekali sekali sembari kuremas secara acak. Hal ini menyebabkan gerakan pinggul Kharis yang makin panas. Suasana alam puncak pada malam hari yang dingin, tak dapat membuat tubuh kami berdua kedinginan malah justru sebaliknya. Aku dapat melihat butiran-butiran keringat birahi yang menetes dari dahi Kharis yang sedang membasahi rambut panjang dan indah itu.

Oh.. aku benar benar makin terbawa emosi birahi yang mengebu. Kharis antara sadar dan tak masih mengingatkan aku.

"Di, kamu nggak boleh buka CD aku ya.. kita kan udah janji cuma petting saja" katanya sembari menahan sesuatu dalam tubuh yang bergelora.

"Oke Ris, aku buka daster kamu saja yah, liat tuh udah nggak karuan bentuknya" sahutku mencoba menawar.

Dan berhasil. Kharis sendiri yang meloloskan dasternya, dia angkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya. Berarti keadaan kami sekarang hanya masing-masing tinggal celana dalam saja. Kami langsung berpelukan sembari berciuman panjang, oh nikmatnya dapat memeluk Kharis dalam keadaan begini. Kulit kami langsugn bersinggungan tanpa ada pemisah lagi. Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangan Kharis dengan mengusap lembut naik turun melewati belahan kemaluannya. Dari luar celananya aku bisa merasakan bahwa di dalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yang sudah keluar dari lubang kemaluannya. Kemaluan Kharis benar benar tembem aku rasa kalau aku benamkan milliku ke dalamnya pasti nikmat sekali,

Karena Kharis menggunakan CD mini yang memang kurang bahan untuk menutupi kemaluannya, jari aku dengan mudahnya dapat melesat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana, sebentar kemudian keluar lagi tanpa sempat Kharis protes pada aku untuk tak boleh melakukannya. Sesekali jari aku bermain pada bibir kemaluannya agak lama setelah dia membuka suara,

"Di, jangan nanti aku keterusan.. ohh" sembari meliukan pinggangnya bergoyang-goyang.

Aku tetap tenang mengelus bahkan waktu tangannya ingin mengeluarkan tanganku dari dalam CDnya seluruh jariku masuk dan meremas kemaluan Kharis dengan lembut. Hal ini membuat Kharis melenguh keras, dan lupa untuk melarang aku. Sembari tangan-tangan meremas kemaluan Kharis, tangan kiri masih terus aktif memerah susu ranum baik yang kiri maupun yang kanan sembari dibantu oleh mulutku untuk mengisap bibir dan salah satu puting susu yang nganggur.

Jari tengahku mulai memainkan aksinya dengan mengilik klitoris Kharis. Benar saja, klitoris itu sudah membesar dan basah. Kharis menggeliat tak tentu arah sembari mendesah.

"Oh.. Aridi enak sekali, akhhh.. kamu udah nggak  boleh lebih dari itu ya,."

Ternyata alam sadar Kharis masih ada, dia masih ingat bahwa kita hanya boleh petting. Aku berkata sembari berbisik ditelinganya.

"Kharis.. CDnya di buka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh CD kamu kekecilan nggak bisa nampung bokong kamu yang bulat besar sama kemaluan kami yang tembem, lagian kamu juga udah basah, kan ntar CD nya jadi lengket."

Awalnya dia tak mau, tapu aku katakan lagi.

"Ris.. nggak kenapa napa deh.. kan aku masih pake boxerku, jadi cuman kamu aja yang telanjang kalai aku tidak."

Akhirnya Kharis setuju, aku loloskan CD mini putih berenda itu, dan kali ini aku benar benar melihat Kharis dalam keadaan poolos tanpa sehelai benang pun, dengan keadaan birahi tinggi. Bukan main indahnya bentuk kemaluan Kharis, dia mempunya rambut kemaluan yang lebat dengan rambut-rambut halus semua warna hitam. Rambut-rambut tersebut nampak rapi, karena dalam keadaan lurus tak keriting seperti wanita kebanyakan. Mulutku mulai menjalankan aksinya, aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dibawah kemaluannya.

Kharis sedikit jengah dan berkata, "Oh, kamu jangan lihat kayak gitu dong.. aku kan malu" sembari tangannya mencoba menutupi.

Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibir luar kemaluannya sembari kuhisap-hisap kedua belah bibir kemaluan Kharis.

Dia benar benar kelojotan, "Ah Ardi, gila kamu, oh... enak banget, hmm.. oh iya bener gitu.. ohh.."

Aku makin berani kusapukan lidahku naik turun sembari tak lupa klitoris yang sebesar kacang tanah itu aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan. Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam luabng kemaluan Kharis yang memang benar benar sudah basah. Wangi semerbak yang tercipta karena napsu birahinya membuat aku makin berlipat ganda untuk keinginan menyetubuhinya. Dalam keadaan yang gamang tersebut kepala Kharis tersentak kekiri dan kenkanan menahan luapan cinta yang tak kunjung reda, aku diam-diam melepas celana boxerku sembari tak lepas dari kemaluannya.

Cukup mudah untuk melepas celana boxerku karena memang celana dalam dengan kondisi longgar. Satu kali tarik dengan tangan kiri, lolos sudah dan aku sudah telanjang bulat bersama Kharis, tanpa dia sadari. Aku bisa melihat dan merasakan Kharis hampir sampai titik orgasme, dan aku mulai dengan menuntun gagang kemaluanku yang sudah siap tempur dengan topi baja yang mengkilap. Kedua belah kaki Kharis aku lebarkan sembari tangan kiriku mempermainakan klotorisnya dengan ibu jari dan tangan kananku mengarahkan gagang kemaluanku ke lubang kemaluan Kharis.

Kharis masih antara sadar dan tak ketika kepala kemaluanku bertemu dengan lubang depan yang merah menganga. Kepala kemaluan langsung seperti kena gisap alat yang kuat oleh lubang kemaluan Kharis. Kharis mulai merasa aneh karena dia merasakan lain, bukan jari tanganku dan bukan bibirku yang bermain dan di kemaluannya.

Dengan sedikit membuka mata dia melihatku. Aku tak mau dia nanti memberontak menolak keadaan ini, angsung aku peluk dia sembari sedikit aku goyangkan tanpa aku mendorong masuk ke dalamnya. Cukup kepala kemaluan saja yang terjepit di dalam kemaluan Kharis.

Kharis melotot kearahku dan dia berbicara dengan suara serak, "Ardi.. kok kamu masukkin, kan kita udah janji cuma petting, nggak boleh begini dong." Namun dalam bahasa tubuhnya pinggul dia tetap mengimbangi gerakanku yang naik turun menggesek kemaluannya.

"Kharis.. aaku cuman masukin kepalanya aja, kamu juga ngerasainkan?"

Tambahku, "Itu juga cukup buat kita, lagi nggak usah dimasukkan semua.. kamu enak kan di giniin?" sembari aku goyang kekiri dan kekanan. Kepala kemaluanku benar benar dijepit erat oleh kemaluan Kharis. Kharis merem melek keenakan, dan tangan Kharis akhirnya memelukku dan mengimbangi gerakanku. Baru aku tahu kala dalam keadaan begini Kharis benar benar dapat berkata vulgar.

Karena tiba-tiba dia berkata, "Di, kemaluan kamu enak banget sih hangat kena kemaluan Kharis."

"Ohhh, Kharis ini mah nggak seberapa, " kataku.

Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku mereasakan bokong Kharis menaik lebih tinggi, seakan akan ingin merasakan lebih gagangku. Maka aku pun muali sedikit mendorong lebih dalam, ternyata makin panas gerakan kami berdua, dan walhasil seluruh gagangku terbenam di dalam kemaluan Kharis. Dan aku rasa Kharis pun mengetahui hal itu, dan dia mulai meracau lagi.

"Oh Ardi.. enak banget kenaluan kamu masuk semua ke dalam kemaluanku.."

"Ohhh,, Di.. dorong lagi biar makin dalam.."

Bukan main, aku makin nafsu saja mendengar erangan dan kata-kata vulgarnya. Aku pun tak mau kalah sembari meemompa aku bertanya, "Kharis.. kemaluan Ardi lagi ngapain kemaluannya Kharis?"

"Sshhh,, akkhh... Kemaluan kamu lagi ngentotin kemaluan aku" sembari Kharis meremas bokongku gemas.

Aku pura pura tak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya.
"Ha.. lagi ngapain ?"

"Lagi dientot.. ohh nikmatnya.."

Aku bertanya lagi, "Emang Kharis mau di entot ama Ardi?"

Kharis menyahut "Iya Kharis ketagian nih negntot sama kamu, habis kemaluan kamu mantap, nikmat, enak rasanya."

Sembari begitu aku benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding kemaluan Kharis. Benar benar wanita yang tercipta sempurna untuk bersenggama. Lubang kemaluannya mempunyai jepitan yang kuar dengan variasi gagang kemaluanku didalam seperti dirayapai oleh jutaan semut, jadi sperti terkena setrum kecil, tapi hangat sebentar-bentar kemaluan tersebut mencucup kembang kempis menyedot seleueruh gagang kemaluanku. Setelah lebih 20 menit kami bersenggama dengan ucapan vulgar, Kharis sudah hampir mendekati klimaksnya.

"Ayok Ardi, aku udah mau kleuar, entot terus aku iya teken biar kena klitorisku ohh.. benar begitu.. aduhh enak bener ngentot sama kamu.."

Gila juga nih perempuan, kalo dalam keadaan birahi begini omongannya jadi vulgar seperi ini. Aku pun mereasakan intensitas kedutaan kemaluan Kharis makin tinggi, dan sepertinnya akupun ingin melepaskan kenikmatan bersama Kharis..

"Ohh.. Ris.. enak banget kameluan kamu ada empot ayamnya, rasanya legit, rapet, peret, oh , aku mau klimaks, giamna nih didalam atau diluar." kataku dalam keadaan yang kejang kejang nikmat.

Lalu dijawab oleh Kharis, "Didalam aja Ardi biar enak, aku juga mau nherasain disemprot sama kemaluan kamu dan mungkin besok lusa ada dapet haid, jadi aman," desah Kharis yang juga menahan amukan dalam gelora birahi yang siap meledak beberapa waktu lagi.

Akhirnya aku merasakan gagang kemaluanku di remas kuar sekal oleh otot kemaluannya, gerakin pinggul Kharis terhenti, sembari bokongnya ditinggikan aku mengocok sedikit memberikan nuana lain dalam kemaluannya, lagi Kharis menggeram dan...

"ohhh aku klimak, ouhh.. ahh.. nnhhhggg.. aahh.. enak... enakk ahhh..."

Aku pun tak tahan kemaluanku diremas dan disedot oleh kemaluan Kharis dengan satu dan dua kali sentakan kemaluanku menyemprotkan sperma jauh langsung masuk kedalam rahim Kharis, dan yang semprotan kedua tak kalah nikmatnya. Gerakan kami seperti begitu kompak, ketika aku menyemportkan sperma, kemaluan Kharis menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yang sanat indah.

Puas aku selesai klimaks dan begitu juga Kharis, ketika aku ingin melepas kemaluanku, Kharis mencegahnya.

"Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah."

Akhirnya kami berbaring menyamping dengan keadaan kemaluan kami masing-masing masih menyatu, masih dapat aku rasakan kedutan dalam kemaluan Kharis namun sudah melemah, dan gagangku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari kemaluan Kharis.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi, setelah kami selesai mandi berdua di dalam bathup, dan ketika aku mau kembali ke kamarku Kharis menahannya, dan dia minta sekali lagi untuk bermain cinta. Aku pun menlayaninya. Katanya mumpung ada waktu. Ronde kedua kami lakukan lebih hot lagi karena yang kedua dilakukan tanpa takut-takut seperti yang pertama dan kami akhiri dengan klimaks bareng dengan sempurna.

Sepulangnya dari puncak, hubunganku dengan Kharis makin hangat, tapi kami selalu menutupi di kantor dengan berpura-pura bahwa antara kami tidak ada hubungan apa-apa sebatas kawan kerja. Padahal kalau ada waktu di kantor pun kami peting. Aku bekerja di bagian komputer, Kharis bagian settlement. Kalau salah satu dari kami ingin dipeluk, maka kami memberikan kode untuk emuju ruang komputer yang tak ada orang, kemudian kami ketempat yang paling pojok supaya aman dan berpelukan. Biasanya kami berpelukan sembari mengusap usap apa yang perlu diusap, biasanya aku meremas gemas bokongnya, dan meremas lembut payudaranya, sembari dibarengi dengan ciuman bibir dengan sedikit panas. Setelah kami puas, Kharis biasanya keluar lebih dulu dari ruang komputer, dan tak lama kemudian baru aku.

Rasa ingin bersenggama dengan Kharis demikian besar, begitu juga Kharis yang ingin sekali bercinta dengan aku. Akhirnya aku mencari kost-kostan yang dekat kantor yang fungsinya kalau istirahat makan siang kami dapat mencuci waktu berdua ke kost-kostan aku dan kami berdua saling melepas hasrat terpendam dan setelah selesai kami dapat dengan cepat kembali ke kantor, dan untuk makan siang kami membiasakan ngemil di kantor, jadi tak begitu lapar.

Demikianlah cerita aku, yang sekarang Kharis sudah meninggalkan aku karena dia mendapat pekerjaan baru dan sudah menikah dengan pilihannya yang tepat. Aku masih ngekost namun sudah tak ada Kharis yang menemani.

Bagaimana para pemcaba serukan para maniak seks, jangan lupa yaa!! Selalu dikuti cerita-cerita dewasa di web www.sakitsakitnikmat.blogspot.com
Previous
Next Post »