Cerita Sex Burungku Tak Mau Diam

Agen Poker Online Indonesia

Cerita Sex Burungku Tak Mau Diam

Sakitsakitnikmat.blogspot.com - Cerita Sex Terbaru - Cerita Dewasa sebelumnya berjudul Cerita Dewasa Dalam Mobil Dengan Tetangga Seksi, Dan pada kesempatan kali ini saya dari situs sakitsakitnikmat.blogspot.com akan menceritakan cerita sex terbaru yang tidak kalah serunya dengan judul Cerita Sex Burungku Tak Mau Diam, SELAMAT MENIKMATI...

Cerita Dewasa - Gelisah yang aku rasakan dengan pacarku, karena ada tanda-tanda yang tidak mengenakkan sudah hampir 3 bulan ini berperilaku aneh tidak biasanya, sempat aku lihat dia jalan sama anak arsitek, dan aku bilang sama mamanya katanya di jawab, kabar itu tidak benar bon, Dan mamanya pacarku, menyuruh aku datang kerumahnya untuk nungguin pulangnya Denok.




Cerita Sex Burungku Tak Mau Diam

Nggak tau Jack.. Malem ini, angi apa yang niup mobilku buat parkir di depan rumahnya. Pikir-pikir asyik juga kok ngobrol sama tante Ira. Biar kata udah 40 tahun tapi bisa ngobrol gaya anak muda. Itu aja dasar pemikiranku.

"Eeeeiiii.. anak muda. Gitu dong apelin tante sekali-sekali.." sambut tante Ira ramah banget. Coca cola dingin yang disajikan si Sum babu centil itu hampir tandas, tante Ira nggak muncul-muncul katanya mau ganti baju dulu. Akhirnya kusedot habis juga minuman itu setelah kuputuskan mau jalan saja.

"Bonny.. naik saja, ngobrol di atas aja yukk.." kudengar panggilan tante Ira dari lantai atas, dilantai atas memang ada ruangan yang dibikin home theatre. Beberapa kali kusetubuhi Denok di ruangan itu sambil nonton BF. Tentu saja waktu nggak ada tante Ira. Benar saja tante Ira sudah menunggu di ruangan itu. Busyyeeett..

Tau nggak Jack. Aroma parfum mahalnya semerbak lembut memenuhi ruangan itu dan yang bikin biki mataku hampir meloncat keluar pakaian yang dipakai doi. Gaun panjang transparant, mirip gaun tidur, aku yakin tante Ira nggak pake daleman alias BH dan celana dalam, sebab dibagian itu bakal kelihatan bayangnya kalo doi pake.

Agak canggung juga pada awalnya, apalagi ketika tante Ira menumpangkan kaki satunya di kaki yang lain, pahanya kebuka, ternyata gaun itu berbelahan samping sampaike pinggang. Tapi gaya ngobrolnya yang santai membuatku agak santai juga walaupun mata ini lebih sering menatap karpet atau langit-langit rumah, sebab menatap kedepan yang kutemui kalo nggak paha panjang berkulit mulus, atau buah dada montok dengan puting susu yang tercetak jelas di balik kain transparant itu.

"Kamu kenapa siihh.. Kaya orang kedinginan.." tegurnya melihatku yang salah tingkah.
"Iyah tante ACnya dingin banget.." jawabku asala kena, tapi memang di ruangan itu kurasakan dingin sekali.
"Tante punya minuman sampagne, mau kamu Bon? Luamayan buar anget-anget." katanya sambil membuka kulkas di sudut ruangan. Woww. Ketika kulkas terbuka aku menyaksikan silhoutte tubuhnya yang terbentuk karena sinar terang dari dalam kulkas menghilangkan bayangan kain transparat

Body yang sempurna dan memastikan perkiraanku bahwa tubuh berbody gitar ini tanpa pakaian dalem, bahkan kulihat bayangan rambut kemaluannya, karena tante Ira berdiri agak mengangkang, agak lama juga kunikmati pemandangan ini. Setelah menuangkan minuman dijatuhkannya pantat montoknya di sebelahku.

"Ayo anak muda, demi kehangatan tubuh.." kata tante Ira sebelum kita toss. Kuteguk setengah gelas sampagne.. Busyett... Doi segelas disikatnya sampagne itu tandas. Kuikuti aja toh rasanya enak nggak kaya minuman keras lainnya. Nggak lama gelasku penuh lagi, karena tante Ira menuangkan lagi minuman enak itu. Sampai beberapa kali.

"Gimana Bon..? Sudah hangat tubuhmu..?" tanya Tante Ira.

"Iya tante apalagi dekat tante. Jadi hanget.." Aku tak menduga jawabanku menjadi kacau begitu, tapi aku heran tante Ira malah ketawa geli dan tubuhnya makin mepet ke tubuhku.

"Kamu pikir tubuh tante ini kompr, bakal ngangetin masakan..? kamu dekat tante aja hangat, apalagi nempel pasti mendidih. Hihihi.." kepalaku yang mulai pusing akibat minuman, makin pusing aja sebab toket montoknya dengan kekenyalannya menempel ketat di dadaku, sementara kepalaku di usap-usapnya manja.

"Aduhh.. Kalo ini sih nggak mendidih lagi, tubuh tante bagai kompor listrik yang rusak. Jadi bikin korsleting." jawabku ngaur. Tante Ira ketawa ngakak. Jari jemarinya yang indah menelusup dan menggelitik masuk ke dadaku, matanya bersinar binal menatap wajahku dengan gemas.

Kesadaranku mulai goyang, entah kapan mulainya tahu-tahu di layar lebarhome threatre itu sudah terpampang adegan mesum dari film BF dan baju hemku sudah terbuka seluruh kancingnya sehingga dadaku terbuka lebar. Uiihh.. Buah dada tante Irapun sudah terbuka sebelah dan kini menggesot-gesot dadaku.

Entah siapa yang memulai, bibir kami berpagutan, lidah tante Ira menggeliat liar melata masuk ke mulutku, membelit lidahku dan dengan gemas kuremasin buah dadanya yang ternyata memang mengkal menggemaskan.

"Kamu nakal Bonny.. harus di ajar sopan.." desisnya sambil diremasinya selangkanganku, bahkan dengan lincahnya ikat pinggangku berhasil dilolosinya dan mencuatlah kejantananku dari balik celana jeansku.

"Iiihhh.. kamu malah nantangin yaaa...?" coleteh tante IRa disela-sela dengus nafasnya yang memburu penuh nafsu, sambil meremasi kontolkiu yang sudah setengah ngaceng. Dadaku diciumi dan dijilatinya, aku menikmati aksi itu sambil tanganku tak lepas meremasi buah dadanya yang memang montok dan kenyal, sesekali kupelintir-pelintir puting susunya. Wow... Alamakk.. Berbarengan dengan adegan di film, tante Ira kini sedang mengulum dan menjilati kepala kontolku.

Membuatku menggeliat dan mengeram penuh kenikmatan, kulihat wajah tante Ira berbinar senang melihat ekspresiku merespon aksinya, sesekali batang kemaluanku yang sudah 100% ngaceng ini ditimang-timangnya dengan ekspresi wajah gemas penuh nafsu.

"Mmm.. mantap sekali Bon.. Tante suka yang macam begini.." sejenak dikocok-kocok batang kemaluanku dan kembali dikemotnya.

"Iihhh.. keras banget Bon, gede lagi.. Tante jadi ngeri deh.. mmm.. cllpp.. clppp" kuamati saja tingkah wanita setengah baya ini sambil kunikmati aksi oral sexnya yang canggih.

"Bonn.. Tante juga mau digituin.." rengeknya manja sambil berdiri, langsung saja kusergap selangkangannya karena dengan aku duduk di sofa rendah itu wajahku tepat di depan bukit vaginanya yang diselimuti rambut subur tercukur rapi.

"Aiihhh..! kamu nggak sabaran deh.." protesnya centil, namun selanjutnya dengan posisi berdiri tante Ira mengatur posisinya dengan lihay, kaki kirinya ditumpangkan di sandaran sofa, sehingga wajahku tepat diantara selangkangannya.

Wuihh.. tercium semerbak bau harum, begitu selangkangan tante IRa mengangkangi wajahku, entah parfum merek apa yang memproduksi parfum memek. Segera aku beraksi menunjukkan kecanggihan oral secku. Kudaratkan ciuman dan jilatan ke seputar bukit vagina yang sudah menggembung gemuk akibat gairah sex yang meningkat.

"Boommm.. Gelii dongg sayangg.. Iiihhh... Kamu nakal banget.." tante Ira mulai gemas karena lidah dan bibirku belum juga singgah di tempat yang di mauinya... Pinggulnya bergerak gemulai mencari titik kenikmatan.

"Eiihh..! Yaa.. Bonny.. Disituu.. Nikmat banget Bonn.." celonteh tante Ira, begitu ujung lidahku menyambar klitorsnya yang mengintip malu-malu.

Rupanya tante Ira buakn seorang yang penyabar.. rambutku direnggutnya sehingga kepalaku terkunci dan dengan mengerang-erang histeris dibesot-besotkannya klitorisnya kemulutku.

"Hiii..! Kamu nakal Boonn.. Hhhooo.. Ini nikmatnya bukan main.. sayangg.. ssshh.." volume suara tante Ira makin meninggi sehingga lebih mirip teriakan.

Pada suatu kesempatan, butir klitoris yang makin megeras itu kukulum lembut dengan bibirku, kusedot-sedot lembut sambil lidahku mengusap-usap mesra. Akibatnya sungguh hebat. Diiringgi lenguhan panajng, tubuh sintal tante Ira mengejang..

"Uuuggghhh...! Booonnn.. Kamu pinterr dehhh..! OWwww...!!" sebuah ekspresi khas wanita mencapai orgasme ditunjukkan oleh tante Ira, tubuhnya menggelejat, bagai tak terkontrol..

"Ihhh.. Tak kusangka.. Kamu pinter main tubuh perempuan.. Bocah ganteng.." bisik tante Ira sambil menggelendot mandi pangkuanku, setelah disambar badai orgasme.

"Tapi saya yakin tante jauh lebih pinter dari saya, makanya saya pingin diajarin.." jawabku sambil sesekali kukecupi bibir manisnya.

"Eehh.. Kamu percaya nggak sihh.. dengan oral sex, jarang banget tante bisa orgasme, seumur-umur bisa dihitung jari deh.. Ini sihh.. Bibir kaya begini ini yang bikin tante lemes sebelum tempur.." bibirku dijewer mesra.. matanya menatap bibirku penuh hasrat birahi, sampai bibir manis yang setengah terbuka itu gemetar menahan gemas. Akhirnya dengan penuh lupaan birahi, bibirku dilumatnya habis-habisan. Kembali dengus nafas betina tante Ira menderu, menuntun penuntasan.

Tubuh sintal yang duudk mengangkangi pangkuanku itu bembeot-besotkan buah dada mengkalnya ke dadaku dan menggoser-gosekan bukit vaginanya ke batang kemaluanku. Wajahku habis dihujani ciuman penuh birahi. Serta leherku dikecupinya dengan liar.

Terasa celekat-celekit di seputar kulit leherku. Pantat motoknya yang bergerak gemulai, kuremasi dengan gemas. Jari tengah dan telunjukku merambah liang sanggama tante Ira yang ternyata sudah kembali licin kurasakan kembang kempis seolah menanti mangsa.

"Bonny.. c'mon baby.. Kita mulai permainan yang sesungguhya. Tante siap menghajar si bontot yang bongsor ini.." bisik tante Ira sambil meremasi batang kemaluanku yang ready combat. Dengan posisi tetap saling berhadapan, tante IRa mengangkang dipangkuanku.

Batang kemaluanku di tuntun ke liang cintanya yang sudah menganga menanti mangsa. Bibir manis tante IRa bergerak-gerak ekspresif mengiringi usahanya menjejalkan batang kemaluanku ke liang sanggamanya, ujunag batang kemaluanku digesk-gesekkan ke bibir vaginanya sambil sedikit demi sedikit ditekan.

"Sibontotmu bandel banget. Susah disuruh masuk.." bisik tante Ira.
"Punya tante kelewat rapet sihh" jawabku.
"Bisa aja kamu, si bontot ini yang kegedean.." sahut tante Ira sambil menggigit bibir bawahnya dengan alis mengerinyit. Ketika kurasakan kepala kontolku sudah amblas di jepitan liang sanggama tante Ira.

Ketika batang kemaluanku masuk setengahnya. Kembali ditarik keluar. Kemudian masuk lagi, begitu beberapa kali diulang-ulang dengan hati-hati dan aku nggak boleh bergerak oleh tante Ira, ternyata akhirnya habis juga batang kemaluanku ditelan liang senggama tante Ira.

Pinggul montok tante Ira mulai bergerak dengan mata setengah terpejam serta bibirnya mendesis lirih besutan perdana oto vagina tante Ira batang kemaluanku sangat nikmat, kurasakan seperti pijitan bidadari.

Gerakan pinggul tante Ira makin cepat dan makin kuat dan pijitan bidadari itupun semakin menjadi-jadi nikmatnya, aku masih belum mengadakan counter attack. Kulampiaskan kenikmatan ini pada sepasang payudara montok yang bergerak-gerak di depan wajahku, kukulum dan kusedot bergantian sepasang puting susu berwarna coklat gelap yang mencuat keras.

"Hooo..! hhoo..! yaa..! oo.. My God..! Boonnyy..! Tantee.. NGaakk.. Tahaannn.>!" Suara tante Ira atau lebih tepat disebut teriakan,terdengar parau.

Wajah manis tante Ira menegang. Bibirnya gemetar. Giginya terdengar gemerutuk, cengkraman tanganya pada pundak dan pinggangku mengencang sehingga kurasakan kuku-kuku jarinya yang panjang menembus kulitku. Tepat pada ayunan pinggulku yang ke sepuluh.

"Aaaakkhhh...! Yaa ampunnn Booonnnyyy..>!" Teriakan panjang itu mengiringi tubuh sintal Tante Ira sejenak meregang kuat, kemudian menggelejat liar, bagaikan sekarat.. ayunan pinggulku kupercepat dan kuperkuat, sehingga terdengar suara ceprat-ceprot daro selangkangan kami. Sesaat kemudian tubuh sintal yang bergerak liat itu tmenelungkup lunglai di atas tubuhku.

"Terus kann.. Jangann h.. berrhentiii... Bonn.. Gantiann.. Tanteee.. Di bawha.. gila lemess bangettt.. hhh... h.h." bisik tante IRa ketika aku menghentikan ayunan pinggulku.. Kulihat betapa lunglai tubuhnya.. Kurbahkan tubuh tante Ira di karpet.

"Ayoo sayang.. masukin lagi.. hajar tante sepuasmu..." walau dengan suara lirih tapi dadanya penuh tantangan.. Membuatku bersemangat lagi dan kembali batang kemaluanku menyungkal selangkangan tante Ira.

"Iihhh.. letoyy amat sihh.." cela tante Ira ketika dirasakan sodokan kontolku setengah0setengah. Aku pun meningkatkan speed dan power

"Ehhh..Ehh... hhh.. Tante.. yaa.. kin kamu bisa lebih kuat... lagi Boonn.." walau dengan kondisi lunglai dan pasrah, kata-kata tante IRa masih bernada tantangan dan membuatku agak panas juga. Kuperkuat dan kupercepat ranajaman kontolku menghajar liang sanggama tante Ira.

"Aaaiihh...! gila.. hhooo..Sss.. ayokk Bonn.. lebih dalam..!" Dengan coletehnya yang aneh, kata-katanya keras penuh tantangan, namun rengekannya bernada memelas dan memilukan, entah bagaimana yang dirasakan tante Ira. Yang jelas kubaca ekspresi wajahnya nampak menahan sesuatu. Entah sakit atau enak dan tubuh sintalnya kembali menggeliat-geliat tak beraturan.

"Ooohhh..! owww..! Cmoonnn babyy.. jangan letoyy.. kerass.. ekrass..! yaa. lebihh kerasss... Ouugghh...!" akhirnya aku tak peduli lagi.. kujawab tantangan tante IRa, dimana kini aku sudah tanpa ampun menhajar liang selangkangan yang terkagkanglebar.

Kerahkan seluruh kemampuanku untuk menambah kekuatan dan kecepatan ayun batang kemaluanku keluar masuk liang senggama Tante Ira, walaupun kulihat air mata tante Ira bercucuran bercampur keringat dengan gigit menggigit kencang ujung sprei, walaupun begitu suara colentehnya tak berubah.. ditingkahi rengekan yang mirip suara tangis.

"Ampunn...! Oohh.. owww.. oogghhh..!" game point akhirnya tercapai dengan kuberi score 3 orgasme untuk tante Ira, sedangkan pointku 1 kumuntahkan spermaku yang hampir 3 minggu mengendap, ke buah dada tante Ira dan matanya yang nanar menatap dengan saksama proses menyemburnya spermaku yang sangat kental di permukaan kulit  buah dadanya yang putih mulus.

"Sss.. Ohh.. iihh kental banget Bonn.. sampee lengkett" desis tante Ira ketika dengan tangannya mengusap ceceran pejuhu merata ke permukaan tubuh bagian depannya.

"Bonnnyy.. tante lemes banget nih.. nggak bisa bangun.. tolong dong ambilin air es di bawah.." suara tante Ira kudengar lirih dan agak serak, kuliat wajahnya pucat pias dengan sorot mata yang nampak kuyu kehabisan tenaga. Tubuh sintal yang mulus tampak berkilat oleh basahnya keringat dan pejuhku. Tergolek telentang tak berdaya di karpet ruangan.

Ketika akusedang memilih botol air mineral yang paling dingin di dalam kulkas, telingaku menangkap suara aneh.. Kucari arah suara sayup-sayup itu. Ternyata dari arah dapur di balik dinding ruang makan ini. Karena penasaran kucari pintu ke arah dapur.

Kudapatkan lubang penghubung dari dapur ke ruang makan yang biasa untuk lewat makanan. Dengan sedkit mengendap-endap, kudapatkan sumber suara itu. Edannn..! gimana nggak edan..? kalian tahu brooerr..
Sumirah.. pembokat tante Ira, sedang nungging di meja dapur dengan tubuh bagiuan bawahnya telanjang, sambil merintih-rintih snediri. Tau nggak lagi ngapain doi..? lagi muasturbasi jackk..! aku bilang edan, karena masturbasinya pake dildo alias kontol mainan, dapet dari mana pula si Sum ini.. Gila.. Ngaceng lagi ngeliatt gaya si Sum.. Eh aku nggak nyangka tubuh pembokat ni begitu mulus, kulihat dari pantatnya yang bulat dan bahenol itu sangat mulus bersih..Aaahhh sial aku harus balik ke atas tante Ira pasti nunggu minumannya..

Dengan rasa sayang kutinggalkan pemandangan langka di dapur. Di ruang Home Theatre kulihat posisi tubuh tante Ira tak berubah, telentang bugil di karpet ruangan. Ternyata tante tidur pulas banget, berkali-kali kugoyang-goyang tubuhnya sambil kupanggil namanya, bergerakpun enggak.. ihh.. kaya mati tidurnya.. Tiba-tiba kuingat sesuatu. Langsung aku cabut lagi ke bawah. Tau dong ente broo.. Kuintip lagi adegan di dapur. Asyikk masih lanjut. Langsung aku menuju pintu dapur dengan langkah hati-hati.

Si Sum terjingkat kaget ketika tahu-tahu aku sudah di ruangan dapur. Dengan wajah merah padam perempuan muda ini gugup berusaha menutupi bagian-bagian tubuh bahenolnya yang telanjang. Hehehe tok bawahnyannya ada di bawah kakiku. Akhirnya dengan kain lap piring doi tutupin selangkangannya yang sempat kulihat jembutnya sangat subur membentuk segitiga kebawah.

"Ehhh.. terusin aja Sum.. Aku cuma pengen nonton saja..Atau mau aku bantuinn?" kataku sambil cengengesan.. sambil kudekati tubuh bahenil yang meringkuk mojok.. Mendengar gurauanku rupanya cukup menenangkan hati si Sum yang aku yakin pasti kaget, malu jadi satu.

"Mass Bonny bikin kaget.. sihh.. nakal banget.." sahutnya lirih sambil beringsut mengambil rok bawahannya.

"Mau bantuin malah di katain nakal, gimana sihh..?" selakku sambil kuikuti langkahnya.

"Kalau mau bantu ya nggak di sini.." sahutnya dengan suara setengah-setengah, namun matanya mengerling menantangku dengan isyarat ajakan, sebelum kabur keluar dari dapur.. Dugaanku tepat doi masuk kamarnya, dan dugaanku tepat lagi ketika kubuka, pintu kamar itu tak dikuncinya. Sengaja kulihat si Sum tengkurap di ranjang.

Aku benar-benar sudah mata gelap. Semenjak kontolku dibikin ngaceng oleh aksi masturbasinya tadi, aku naik ke ranjangnya.. kusingkap rambut yang menutupi tengkuknya dan kukecupi tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Tubuh bahenol si Sum bergidik karena ulah nakalku.

"Mas Bonny.. Gangguin orang aja sih.." Sum merengek manja, namun tak berusaha menghindari kecupan-kecupanku di tengkuknya, malah kuarahkan kecupan dan jilatanku ke punggungnya yang berkulit bersih, setelah kupelorotkan blouse merahnya. Sumirah perempuan 27 tahun bertubuh sedang badanya subur.

Namun tak bisa dibilang gemuk, lebih tepatnya bahenol. Karena memang kemontokkan payudaranya sedikit diatas rata-rata, dan perempuan ini memiliki pinggang yang cukup ramping, ditopang pantatnya yang bular serta kemontokan tubuh bagian ini juga agak di atas rata-rata. Wajah..? tidak mengecewakan, bahkan jika didandanin. Nggak kalah deh sama Jihan Fahira. KElebihan lain si Sum adalah genit dan centilnya yang minta ampun. Paling nggak tahan melihat lelaki tinggi gede dengan kumis dan jambang dicukup kasar dan tubuhnya banyak bulu.

"Lubangmu udah basah aja sihh.." tanyaku setelah jari tengah ku merasakan licinnya liang sanggama si Sum.
"Iiihh.. ya jelas dong.. seandainya di dapur tadi mas Bonny nggak gangguin, saya udah dapet loh.."
"Ntar aku gantiin 5 kali lipat. langsung aku masukin aja ya..?
"Saya takut sama nyonya loh mas.."
"Doii pules banget tidurnya.. makanya cepetan aku masukin ya..?" kataku sambil kusodok-sodokkan kontolku ke selangkangannya.
"Ihh ngerii.. gede bangett.." desis Sum centil, ketika batang kemaluanku bagai ular merayap di sela-sela pahanya yang masih merapat.
"Aku tanggung bakal mantap dehh.." kataku meyakinkan, sambil tak henti-hentinya tanganku meremasi payudara Sum yang sudah mengebang dan mengeras.
"Ssshhh.. mas Bonny.. asal bikin Sum.. puasss kaya nyonyaa.. " rengeknya manja sambil menggeliat gemas merasakan nakalnya kuman bibirku pada puting susu kirinya.. Sum mulai membuka pahanya.

Kubesut-besut batang kemaluanku yang sudah membengkak itu ke bibir vagina si Sum. Wow.. Si Sum mulai membalas merasakan seranganku. Dihujaninya leher dan dadaku dengan kecupan dan gigitannya. Jari-jari tanngannya meremasi otot punggungku.

"Ehhh.. hhh.. nghhh.. massss.. Sum udah nggak tahan.." rengek Sum di sela-sela dengus nafasnya yang tak beraturan. Aku tahu apa yang diinginkannya, tanpa dikomandoi kami segera pasang posisi..

Sum menekuk kedua kakinya yang mengangkang ke atas, sampai lututnya menyentuh payudara, sehingga bukit vaginanya tengadah ke atas dan bibir vagina yang berwarna merah segar dan basah tampak merekah bergerak kembang kempis seolah menantangku. Sejurus kemudian jari-jari lentiknya melebarkan bibir vagina tersebut. Giliran aku sekarang yang nggak sabar. Dengan posisi setengah berlutut kujejalkan kepala batang kemaluanku kesasarannya.

Seperti yang sudah kubayangkan. Liang sanggama si Sum tak muat dijejali kepala kontolku. Lagi-lagi aku diharuskan sabar. Apalagi ku lihat si Sum meringis kesakitan ketika kucoba memaksakan kepala kontolku untuk menembus liang senggamanya. Maka kugunakan cara yang di pake tante Ira tadi.

"Oohh..! Masss...! Sakitt.." keluah si Sum memelas.. dengan ekspresi meringis menahan sakit ketika kepala kontolku berhasil menbus masuk.

"Tahan Summ.. hh.." keringat berhamburan dari pori-pori tubuh kami, dalam upaya penembusan di pintu nikmat. Akhirnya diiringi rintih sakit dan usaha keras. Amblas jugalah batang kemaluanku di liang becek di tengah selangkangan si Sum. Kudengar si Sum membuang nafas legas dan menjatuhkan kepalanya ke ranjang. Sesaatt kemudian si Sum menyatakan siap tempur, aku memulainya dengan meludahi arena pertempuran, untuk membantu pelumasan.

"Ohkhk.. pelan mass.. Sshh.. hoo oohh iyahh.." pelahan tapi pasti, kesulitan mual iberkurang dan sedikit demi sedikit kenikmatan mulai terasa. Dibandingkan dengan postur tubuhku, tubuh si Sum nampak kecil.

Tapi tubuh kecil si Sum ternyata menyimpan energi luar biasa, dan tak kusangka ternyata tubuh bahenol ini sangat lihay memainkan jurus-jurus goyang dan geol yang cukup menunjukkan bahwa si Sum ternyata berpengalaman ngeladenin syahwat lelaki. Semua variasi geraknya memberikan kenikmatan untukku. Sementara si Sum sendiri terbaca dari ekspresi wajah dan gerak maupun ekspresi suaranya, sangat menikmati serangan oleh sanggamaku.

"Hehh.. hh. heh.. mass Boonyyy Sum nggak bisa nahan levih alama. Barengin yaa..? tahan.. mass.. hajar leibh dalem lagi.." Ekspresi wajah dan gerak si SUm mulai gelisah. Kucbaca kondisi ini dan keluarlah aji pamungkasku.

Kedua tangan Sum kutekan ke ranjang sehingga terkunci nggak bisa bergerak lalu dengan kedua kakinya pun kubuat terbatas gerakannya. Mulailah ayunan pinggulku kupercepat dan kuperkeras kepala batang kemaluanku merajam tanpa ampun fasar liang sanggama Sum dengan kecepatan semakin tinggi dan hajaran semakin keras. Akibatnya, tanpa dapat ditahan tubuh bahenol Sum menggelejat liar melepas orgasme.

"Oehhh.. mass .mass.. mass Bonn.. nngghhh..!" lenguhan panjang mengiringi lepasnya kenikmatan seksual seorang wanita. Aku masih stabil mengayuk dengan hi speed dan hi power. Dengan posisi tetap terkunci kulihat kembali wajah Sum menegang dengan mata membelalak menatapku seolah takjub.

"Oww..! Hooohh.. masss.. Sum dapett lagiii..!!" tubuh bahenol si Sum kembali kelojotan hebat disambar orgasme keduanya. Pada saat itu si Sum masih berusaha menundukkan kesaktian kejantananku dengan menggeol pinggul sejadi-jadinya.

"Woohh..! ayoo.. keluarin... mas.. hihihi..!" seru si Sum dengan wajah penasaran. Liang sanggama yang semula seret dilalui batang kemaluanku, kini terasa licin dan begitu loncer, sampai mengeluarkan suara cprat-ceprot, karena mambanjirnya cairan vagina si Sum akibat dua kali orgasme.

"Gimana Sum? Masih pingin dapet lima kali..?" tanyaku sambil masih mengayun kemaluanku memompa liang senggama si Sum yang semakin becek. Kali ini ayunanku tak sekencang dan sekuat tadi.

"Ngghhh.. bisa semaput mungkin.. wihh.. wihh mas Bonny kaya badakk.. kuat banget.." jawab si Sum sambil mengulumi puting susuku dan kurasa pinggulnya bergerak lagi.

"Masss.. ntar pejuhnya keluarin disini yaa..?" kata si Sum sambil menjulurkan lidah panjangnya.

Sekali algi tubuh si Sum menggelepar gila disambar orgasmenya yang ketiga, dan kira-kira 2 menit kemudian saat ku pun tiba. Kuhajar liang sanggama si Sum dengan kejamnya, mengejang muncratnya sang bubur sumsum. Dengan gerakan yang sangat kompak dalam mengatur posisi. Akhirnya muntahlah lendir syahwatku ke rongga mulut si Sum dan disambur dengan sangat rakus oleh wanita berbody bahenol ini, bahkan di sedot-sedotnya batang kemaluanku sampai benar-benar kering spermaku.

"Ihh.. mas Bonny ternyata jagoan ngentot lho.. Seumur-umur baru sama mas Bonnys ini Sum bisa keluar berturut-turut.. ihh.. Ngeri dehh.." kata si Sum menyatakan kekagumannya, sambil menyisir rambut hitamnya didepan cermin.

"Kenapa kok ngeri..?" tanyaku sambil mencari kemana jatuhnya celana dalamku.
"Kalo ketagihan gimana..? enak bagnet sihh.." si Sum mebungkus tubuh bahenolnya dengan handuk.
"Selama pusaka aku masih bisa ngaceng, lu pingin dapet enak berapa kali aku kasih." sahutku sambil mengenakan celanaku.
"Ihhh.. Dasar lelaki.. ngomonggnyaa doangg. Kaya mas Bonny ini, pertama anaknya disosot, terus nyakapnya di gagahi pulaa.. ehh.. ehh.. babunya pun di hajar juga..!" kata si Sum sambil ketawa genit.
"Sialan lu. Siapa suruh mengumbar memek sembarangan. Eh.. Sum lu punya kontol-kontolan beli dimana lu..?"
"Ohhh.. dari nyonya, dulu Sum pacaran sama Puar tikang siomay. Ketahuan nyonya, saya lagi dientot di garasi. Nyonya takut Sum meteng. Lalu Sum dilarang pacaran sama Supar."
"Hubungannya sama kontol mainan itu apa..?"
"Sum bilang, kalo 3 hari nggak dientot lelaki, Sum suka pusing dan uring-uringan. terus itu dikasih mainan itu sama nyonya. Lumatan bisa dipake kapan saja Sum pengen.." Celoteh Sum sambil menimang-nimang dildo pemberian tante Ira..

Tapat jam 00.00 aku balik ke ruangan Home Theatre. Kulihat tubuh tante Ira masih belum berubah posisinya. Benar-benar pulas tidurnya, Aku duduk disofa sambil menikmati coca cola kaleng yang aku bawa dari bawah. Duduk di ruangan ini aku jadi inget waktu hubungan aku sama Denok lagi hot-hotnya. Diruangan ini pula pertama kali aku setubuhinn tubuh montok Denok. Setelah kena aku boongin. Aku inget itu setelah 2 minggu aku resmi macarin doi.

"Beb.. nonton VCD aja yukk. Aku baru dapet kiriman dari Anto temen aku yang di Amrik." Setelah hampir 2 jam ngobrol berdua di ruang tamu.
"Ah elo, udah bosen ya ngebrol sama aku? Di tonton di rumah kenapa?" sahut Denok sengit.
"Denok, karena aku pengin nonton berdua sama lu.. aku rasa lu juga suka.."
"Ihhh sok tau dehh. Emang lu tau film kesukaan aku..? Ayoo dehh sayang.. gitu aja ngambek.." Denok bangkit dari duduknya sambil merapikan blouse dan roknya yang sempat aku bikin lecek saat session peluk, remas dan cium selama setengah jam.

Yang akhirnya bikin aku horny berat berkepanjangan. udah aku niatin bahwa malam ini, aku harus bisa meranjangkan Denok . Bosen aja lebih sepuluh malam aku dibikin horny lewat peluk, cium dan remas-remasan di ruang tamu rumahnya. Nggak tuntas friend. Kalo nggak nyokabnya lewat si Sum sambil nyeletuk jorok.

"Ohh my God.. Lu tau aja Bon film kesukaan aku.." bisik Denok yang duduk di sebelah aku. Setelah seperempat jam film terputar.

"Itu salah satu bentuk perhatikan aku ke orang yang aku sayang." sahutku spontan. Padahal sungguh mati tau juga enggak kalo Denok suka film-film yang agak jorok, sepertinya film VCD yang aku pinjam dari Tedjo teman aku.

"Cuma aku nggak tau kenapa lu suka dengan film begini Beb..?" tanya aku lembut.

"Karena aku kepingin jadi cewek dalam fim itu" jawab Denok dengan suara mendesah, aku menangkap nyala gairah dalam kerling matanya yang sekejap menyambar mataku. Aku tangkap isyaratitu. Aku peluk tubuh Denok dengan lembut.."

Aku akan mewujudkan apa yang lu pingin.."  sahutan aku segera disambutnya dengan ciuman bibir yang hangat. Bibir kami berpagutan dengan gairah yang mulai menggelegak, lidah dalam rongga mulut kami saling belit dengan liar. Aku rasain desah nafas Denok mulai tak beraturan.

Tangan aku mulai gerayangan masuk kebalik blouse Denok, tubuh sintak Denok menggeliat dan mendesah lirih ketika tangan aku mengelus kulit pinggangnya dan bergerak menggelitik punggungnya.

Kembali tubuh sintal ini menggeliat resah mendesak ketubuh aku disertai remasan gemas pada otot punggung aku. Aku ngerasain kekenyalan payudara montok gadis berdarah Menado ini. Sekali sentil lepaslah kaitan BH berukuran 36B di punggung Denok.

"Ooohh.. Bonnyy.." desahnya lirih dengan mata setengah terpejam.
"Sayangg.." sahut aku pendek.

"Lu bandell.." katanya sambil merenggut T-shirt aku lepas dari tubuh. Dan aku jgua ngelakuin hal yang  sama. Mata aku anar ngeliar kemulusan tubuh atas Denok yang baru kali ini aku liat seutuhnya, payudaranya yag motok nampak mengkal mengeras dengan puting susu berwarna merah tua tampak mencuat ke depan. Gila bener aku gak sabar friendd. Aku sisit aja langsung puting susunya sebelah kiri. Aku mainin lidah ku di situ.

"Oohhh.. my God. Bonny lu emangg bandell.." tubuhnya menggerinjal keras. Posisi tubuh Denok kini duduk mengangkang di pangkuan aku, saling berhadapan. Tubuh indah Denok hanya terbalu CD mini berwarna hitam. Ooo.. Friend tangan aku kaya nggak osen ngeremesin payudara indah Denok yang sangat montok dan kenyal bak karet.

Aku yakin ekspresi wajah Denok menunjukkan rasa kenikmatan. Dan aku juga yakin doi pasti suka. Sebaliknya dengan liar doi membalas dengan ciuman-ciuman yang variatif pada leher dan muka aku. Dada bidang aku tak lepas dari remasan atau lebih tepatnya cakaran jari-jari lentik lerkuku panjang itu. Nafas betinanya mendengus tak beraturan.

Tangan aku mulai merayap ke balik CD gitamnya dan aku remansi pantat besarnya yang terus di goser-goserkan ke tubuh aku. Aku temuin lobang anusnya. Sejenak aku elus-elus dan bergerak lagi sedikit aku ketemu sekumpulan rambut halus yang lematan lebat. Jari aku menerobos rerimbunan rambut kemaluan Denok. Sampai aku temuin belahan bibir vaginanya. Ternyata udah basah licin. jari aku  bergerak menggelitik syaraf-syaraf perasa pada kulit bagian ini.

"Bonnyy..! terusinn..! syang aku pengin tuntasin hasrat ini.." suara Denok bergetaran parau merespon aksi jari aku di selangkangannya. Aku rebahin telentang tubuh Denok di atas sofa hitam Denok pasrah ketika CD hitamnya aku lepas, waooww..

Mana kala sepasang kaki panjangnya direntang lebar.. Mempertontonkan bibir vagina yang merah basah dikelilingi rambut kemaluan yang rimbun terpotong rapi. Tanpa banyak cincong kusosot pangkal selangkangan indah itu, aku mainin tarian lidah di antara bibir vagina yang beraroma khas.

"Ss..hhoo..!" pinggul besar itu bergerak gemulai menyesuaikan dengan tarian lidah aku, diiringi rintih dan desah yang menggambarkan kenikmatan birahi seorang wanita, lidah aku mencari lincah membesut liar klitoris yang kian membesar dan mengeras.

Jari tengah aku menyelinap diantara bibir vagina dan langsung memasuki lorong berlendir licin. Denok mendesah panjang manakal jari tengahku yang panajng dengan nakalnya menggelitik dinding liang cintanya. Tangannya menggapai selangkanganku yang sudah menggembung, akibat desakan kemaluanku.

"Bonnyy.. aku pingin punya lu... Ihihhh.. Kerass bangett.. Gede nggak Bonn..?" sambil ngoceh nggak jelas, Denok dengan cekatan berhasil menelanjangi aku, posisi kita menjadi 69, kembali aku dengar teriakan kagum dari Denok yang kini aku yakin sedang berhadapan dengan kontoolku yang panjang maksimumnya 18 cm dengan diameter 5.5cm.

"Gilaaa.. baru kali ini aku temuin musuh seseram ini.. aku suka Bonn.. aku nggak sabar pengin segera ngerasain, yang segede lu punya.. Ihhh keras lagi" kata Denok dengan suara  mendesis bernada kagum, oww makk.. ! batang kemaluan aku di hajar bibir yang rada dowe milik Denok, lidahnya dengan lincah menjelajahi area selangkanganku.

Bahkan dubur aku nggak luput dari aksi lidahnya yang liar dan nakal. Dalam posisi 69 ini, serangan balikku tak kalah galak. Klitorisnya  ku kenyut-kenyut dan kuoles=oles lembut dengan sapuan lidahku sementara jari tengahku menjelajahi liang becek menggelitik syaraf-syaraf birahi di seputar dinding liang sanggamanya.

"Ssshh..  ss ampun Bonn..! owww aku nggak tahan.. hhh.. aku pengen.. orgasme dengan si bongsor ini.." seru Denok dengan suara gemetaran, aku belum jawab , Denok sudah merubah posisi. Doi rebah telentang di sofa dengan sepasang kaki panjangnya terentang lebar, mempertontonkan anatomi rahasianya.

Sepasang bibir vagina yang merah basah menggembung gemuk, bergerak kembang kempis menanti mangsa, dikelilingi rambut-tambut halus yang lumayan lebat. Matanya yang agak sipit menatap aku dengan tajam penuh ketidak sabaran. Bibirnya yang dower seksi monyong-monyong sekaan memprotes aku yang lelet.

"Bonn.. hhh... hh... ayooo sayang.. lu juga bakal aku kasih nikmatnya olah cinta aku.. mmm.. Ooohh.." suaranya mendesah dan mendesis, sambil jari-jari tangan kirinya mengelusi kadang menjebirkan bibir vaginanya yang sedower bibir atasnya.

Dengan gaya yang sangat cool akuberlutut diantara pangkal pahanya. Aku remas sepasang payudara montoknya dengan dua tangan. Cewek Fak. Ekonomi setahun di bawah aku ini mengeram resah. Hhmmm sepasang kaki panjanganya bergerak menjepit  pinggangku.

Sehingga bibir vagiannya yang licin menempel erat ke batang kemaluanku yang mengacung galak. Kemudian dibesot-besotkannya belahan bibir vaginanya yang basah dengan liatnya. Matanya tampak mengerinyit kesal.

"Bonny lu nakal banget sihh.." protesnyaa.

"Aku suka ngeliat cewek yang nggak ketahanan nafsunya. Bikin aku tambah terangsang" sahut aku kalem, sambil mata aku menatap matanya penuh arti. Kepala batang kemaluan aku yang mirip topi baja itu aku oles-olesindi sepanjang belahan bibir vagina Denok sampai menyentuh klitorisnya yang mengintip malu-malu.

Disambut desah resah, pinggul motoknya yang terus bergerak, bergoyang dan menggeol gemulai ohh merangsang sekali, wajah gemasnya terpancar jelas sinar matanya yang agak sipt. Ekspresi bibir dowernya, kadang bibie bawahnya digigit, monyong-monyong atau meringis memperlihatkan giginya yang beradu dengan rahang mengeras. Mmm.. Sss kali ini aku yang nggak tahan melihat ekspresi wajah Denok yang sangat natural.

Aku arahin ujung topi baja kemaluan aku ke pintu liang sanggama Denok. Dan langsung aku ayun masuk tubuh Denok menggerinjal.

"Akkhh..!" serunya tertahan. Aku makin nggak sabar. Ayo lagi.." desisnya penuh penasaran. Aku ulangi langkah pertama tadi, dengan agak hati-hati. Beberapa kali ujung topi baja kontol aku kepeleset kesamping atau ke bawah.

Walaupun ludahku berhamburan di pintu liang sanggama untuk membantu melicinkan jalan masuk yang sempit. Beberapa kali gagal membut Denok tambah semangat. Dilangkahkannya selebar mungkin pahanya dan kedua tangannya manahan kakinya.

"Yaa..! tekannn.. hoo.. sss.. ahh..! Boonnyy tahann,," dengan ekspresi yang sulit aku ceritain. Denok memberi aba-aba dan aku berhento mendorong sementara tapi baja tupun amblas. Aku lihat nafas Denok tersengal dengan keringat mulai berhamburan membasahi tubuh mulusnya.

"Dorong lagii. Dengan lembutt sayangg.. Oohkkhhh..!" kembali aku bergerak dan berhenti ketika aku lihat telapak tangan kanannya membuka lebar seperti memberi kode berhenti. Setengah panjang batang kemaluanku kini amblas tertanam di pusat selangkangan Denok.

"Siapa takutt?" bisik Denok. Setelah beberapa saat tubuhnya tak bergerak bagaikan mati dengan nafas tersenggal-senggal. Matanya yang sipit menatap aku penuh tantangan. Tiba-tiba aku rasain gerakan lembut seakan mengurut dan menarik batang kemaluan aku yang amblas di liang sanggama Denok. Ternyata Denok menggunakan oto perutnya.

Membuka jalan masuk batang kemaluan aku ke dasar liang sanggamanya, aku sedikit bergetar dengan kenikmatan yang aku rasain dan akhirnya amblaslah hampir seluruh oto tegang di selangkangan aku tertelan liang cinta di pusat selangkangan Denok.

"Ayok Jantan.. Berdansalah di atas tubuh aku.." bisik Denok sambil lidahnya yang runcing panjang menggapai daun telinga aku. Dengan gerakan coba-coba ku ayun lembut pinggul aku keluar dan masuk. Denok mendesah dengan mata setengah terpejam.

"Nikmat Denok sayang..?"

"Bukan main. Otot jantan lu memenuhi liang cinta aku, teruskan sayang jangan ragu." desah Denok dengan mata masih terpejam tampak menikmati, sambil menggerumasi rambut gondrongku.

Tarian pinggul aku, disambut desah dan desis kenikamtan disetai remasan lembut jari-jari lentik Denok pada segenap otot punggung aku, dan aku nikmatin jepitan liang sanggama yang sempit. Aku tambah power dalam ayunan pinggulku. Disambut rintihan manja Denok dan jepitan itupun makin nikmat aku rasakan.

"Bonny.. oohhh.. oto jantat lu menggelitik seluruh syaraf liang cinta ku.." mendengar respon Denok dansa aku tambah ekpresif.

"Yaahhh..! Bonny.. lu galak bangettt.. aku suka sayanggg.. yyaaa .. teruss.. Bonn..!" suara Denok meninggi dan aku rasakan pinggulnya mulai bergoyang bertanda otot elastis liang sanggama Denok mulai bekerja.

Selanjutanya gerakan tubuh kami yang menyatu semakin liar. Pinggul aku mengayun menghantar rajaman kejam kepala batang kemaluan ke dasar liang sanggama Denok, tanpa ampun. Sementara tubuh sintal di bawah tubuh aku pun menunjukkan perlawanan gigihnya, pinggul bulatnya tak hentinya bergoyang dan menggeol gemulai mengcounter serangan aku.

Agaknya Denok mulai mengeluarkan jurus-jurus goyang pinggl simpanannya. Dari yang rasanya kontol aku kaya di kemot-kemot mulut ompong sampe yang rasanya kontol aku dilipet-lipet didalam liang sanggamanya. Pooknya semuannya ampun deh nikmat bener.

Wajahnya kadang beringas menatap aku penuh dendam. Kadang matanya menatap wajahku dan seolah mengatakan rasakan goyang pinggul aku..! Kadang dengan mesra kecupan bibir dowernya menjelajahi  leher dan dada aku. Bahkan desahan panjang bernada putus asa pun sempat keluar dari mulutnya.

"Lu.. oohhh..hh.. hh... emang pejantan sejati Bon.. hhh.." rengek Denok menunjukkan kegeraman, mata sipitnya menatap mata aku dengan sinar mata gemas, menyusul meredannya goyang pinggul Denok yang bak pusaran angin puting beliung.

"Aku nikmatin keliaran lu sayang.." aku perlambat ayunan pinggul gw.

"Aku yakin. Lu bangsa pejantan yang tahan lama  aku suka hh.. hhh.. bikin aku nikmat dengan gaya yang lain Bonn." desisnya dengan sinar mata sipitnya yang tajam,tubuh bahenol itu melepaskan diri dari himpitan aku.

Tubuh indah itu berdiri mengankang menhadap TV monitor raksasa, kedua tangannya mencengkram erat frame besi TV monitor trb. Setelah pantat bulat itu di tunggingkan.

"Cmonn honeyy, hajar aku dari belakng.." mata sipitnya melirik ke arah aku yang masih telentang di sofa sambil mengocok batang kemaluan aku sendiri agar terjaga kengacengannya, aku ngeliar bentuk shilhoutte tubuh Denok yang menggeol-geolkan pinggulnya di depan TV monitor yang sedang menyuhugkan gambar wajah 3 orang wanita yang sedang berebut sperma yang berhamburan dari sebatang kontol. Singkat kata dengan pose itu Denok aku hajar habis-habisan, tubuhnya yang tergolong tinggi memungkinkan untuk itu, tubuhnya meliuk-liuk dengan erangan-erangan tak lagi ditahan.

"Bonn..! Haaa.. gghhh..! Hhhooo.... akkkuu...! sampeee lagggiii... Aarrrggghhhh...!" tubuh indah ini menggelejat hebat untuk ke 2 kalinya. Tanpa berhenti aku hajar lebih gila lagi. Nggak sampe 30 detik dsetalah orgasmenya yang ke tiga.

"Oooohhh shhiiittt..! ampunnn.. Booonnn akuu dapeettt laggggghoooowww..>!" kali ini kedua tangannya menggapai ke leher aku dan tubuhnya bergantung pada tubuhku. Setelah tubuhnya berhenti menggelejat bak orang sekarat dengan suara seraknya melolong penuh kegemasan.

"Aku isep aja ya saayy. Aku nyerahh dehh.. hhh.." bisiknya lemah.. ditengah nafasnya yang belum beraturan.. IHihh, pucet banget mukanya.. apa boleh buat. Malem itu peju aku berhamburan di wajah Denok. Itupun tanpa sempet ngebersihin peju aku yang belepetan di wajahnya. Langsung pules doi ketiduran.. Ya udehh.. Aku cabut sajaa.

Setelah aku selimutin tubuh bugil Denok cewek aku. Sambil siul-siul kecil aku turun tangga, busyeett di anak tangga ada onggokan pakian dalem perempuan. Seinget aku Denok aku telanjangin di ruang Home Theatre. Sayup sayup aku denger.. Busyett gak salah orang lagi ML. Langsung aku ngendap-endap mencari sumber suara. Untung tempat aku berdiri agak gelap. Nahhh.. ketemuu luu.. Whattttt??? nyokapnya Denok lagi disetubuhin laki-laki yang aku kenal karena beberapa kali ketemu di rumah ini.

"aaahhh.. Deeeenn.. tunggu donggg..!" keluh Tante Ira dengan nada kecewa dan aku lihat laki-laki itu mencabut kontolnya dari memek tante Ira dan semburatlah peju kental di atas perut tante Ira banyak sekali. Namun tanpa respon dar Tante Ira.

"Sorrryy hh.. hhh sayang Abang nggak tahan.." kata Om Den dengan nafas ngos-ngosann..

"Sorryy..? uhh sebel masak udah hampir seminggu aku nggak dapet juga. Udah abang coli aja di rumah.. uhhh!!" Tante Ira meninggalkan Om Den yang bengong. Mata aku menikuti langkah gemulai Tante Ira yang telanjang bulat memasuki kamar mandi.. Alamakk.. Tubuh wanita setengah baya itu gak kalah sama anak gadisnys.

Toketnya besar tampak mengkal dan masih kencang tegak, dan tubuhnya pun tampa masih singset tak berlemak. Kulihat  Om Deng ke kamar mandi yang memenag tak terkunci. Kesempatan buat aku merat keluar rumah. Udah deh sejak saat itu Denok bagaikan tersedot magnet, lengket ama aku terus. END

Bagaimana para pembaca serukan para maniak seks, jangan lupa yaa!! Selalu dikuti cerita-cerita dewasa di web www.sakitsakitnikmat.blogspot.com

Previous
Next Post »